Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Kamis, 24 November 2011

Engkaulah Cahaya, Nur!

Aku ingin bercerita tentang Ibuku. Terserah kau peduli atau tidak, setidaknya jika suatu saat nanti wajahku mengkerut, aku dapat membaca lembar ini dan bersyukur kepada Dia yang memberiku kesempatan sebagai anak dari seorang wanita hebat sepanjang masa dalam hidupku: IBUKU!

Dia ibuku, yang tersenyum manis saat aku menatapnya, sejelek apapun tatapku. Sejak kecil, Ibu sangat rajin menceritakan banyak hal padaku, tentang masa hidupnya yang luar biasa. Aku heran, mana mungkin seseorang dapat mengingat dengan jelas nama orang, tempat dan kejadian dengan sangat spesifik padahal kejadian itu sudah berpuluh tahun lalu. Tapi, itulah ibuku, kawan. Dia bahkan ingat suasana persalinan setiap anaknya, satu persatu. Subhanallah. Dia Ibuku!

Dia lahir di sebuah kota yang damai, jauh dari keramaian politik, sebuah kota bernama Pekalongan. Aku pernah kesana beberapa kali, dan aku suka kota itu kecuali siang hari karena panas teriknya membakar kulitku hingga keringat membanjir. Maklum, Pekalongan ini kota yang dekat dengan pantai, jadi ya begitulah memang suasana pantai. Tapi di luar itu, aku suka Pekalongan, terutama makanannya. hehe. Kota inilah yang mendapat kesempatan mulia menjadi saksi lahirnya seorang wanita paling bersejarah dalam hidup seorang aku.

Baru saja berumur lima tahun, Ibuku harus merelakan malamnya tanpa ditemani ayah lagi. Ayah dan Ibu dari Ibuku bercerai, dari sinilah kawan, disini awal mula Tuhan mendidik Ibuku menjadi wanita kuat. Inilah awalnya..

Entah apakah benar perceraian kedua orang tua dari Ibuku disebabkan ekonomi ataukah penyebab lain yang aku tak tahu, yang jelas setelah perceraian ini, sikap keluarga besar dan tetangga berubah total. Harus kujelaskan di awal, kawan, Ibuku berasal dari keluarga Arab dan tinggal di kampung Arab. adalah suatu cela di kalangan Arab bila ada perceraian, karena walaupun halal, perceraian adalah hal yang dibenci Allah dan sebisa mungkin mesti dihindari meskipun dengan beragam cara. Jika dengan menahan derita kau bisa membuat pernikahanmu tetap utuh, menderitalah. Tapi tidak bagi nenekku, kawan. Sejak kecil ia selalu ingin melakukan apa yang ia inginkan, dan hari ini pun begitu. Ia ingin berpisah dengan lelaki yang memberinya dua anak, sekali lagi entah alasan apa yang melatarbelakanginya, namun akhirnya mereka pun berpisah. Dan ganjarannya, ia harus rela dikucilkan keluarga dan masyarakat kampung Arab. Sayangnya bukan hanya nenek yang mendapat pengucilan, anak perempuannya pun begitu, ya, Ibuku harus rela pula dikucilkan.

Semenjak itu, Ibu mengikuti nenek dan kakak laki-lakinya mengikuti ayah. Karena nenekku tak diterima lagi di keluarga, dan bukanlah sifat nenekku untuk mengemis atau meminta-minta, maka dengan seluruh keberaniannya ia pergi dari kampung halamannya. Merantau, membawa anak kecil yang polos, yang mengira akan diajak jalan-jalan oleh ibunya. Anak kecil itu Ibuku, ia hanya tersenyum menatap Ibunya yang berjanji membelikan anting emas imitasi di kota antah berantah.

"Ayo kita pergi, Nak." Nenekku menggamit tangan mungil Ibu. Dan Ibu masih tersenyum. Ibu masih belum tahu bahwa kelak senyum ini mungkin akan lama kembali.

......

(bersambung)

Selasa, 22 November 2011

Menatap Petani Indonesia


Bismillahirrahmanirrahiim

Menjejakkan kaki di Bogor sebagai mahasiswa pertanian adalah pilihan yang cukup menggelikan, mengingat Bogor dikenal sebagai kota hijau bukan karena banyak tanaman hijau, tapi karena banyak angkot hijau. Angkutan Umum (Angkot) memang membludak disini, akibatnya kemacetan adalah makanan sehari-hari bagi warga Bogor, apalagi kalau sudah memasuki malam minggu. Waahh, bersiaplah menahan mual sebab kau akan menikmati perjalanan berjam-jam untuk jarak yang cukup dekat.

Oke, mari sejenak mengendapkan asap-asap angkutan umum itu dan berbicara tentang hal yang lebih menyegarkan (atau menyesakkan ya?), Pertanian Indonesia.

Apa yang kau tahu tentang pertanian?
Sungguh aku sangat malu jika pertanyaan ini muncul. Meskipun bergelar mahasiswa pertanian, tapi lidahku tetap saja kelu bila harus mengurai tentang bidang ini. Ada sesak yang tiba-tiba menyerangku ketika memandang wajah pertanian Indonesia saat ini.

Tapi biarlah, kutuang sesak itu disini, meski hanya dalam untaian huruf, semoga ia bermanfaat..


Apa yang kau makan pagi ini? Nasi dan perkedel? Atau tempe? Tahu? Kita hampir-hampir memenuhi tubuh kita dengan produk luar negeri. Makanan pagi hari semisal roti sampai buah-buahan yang dipajang indah di supermarket adalah pelakunya. Mereka berasal dari luar negeri, datang jauh-jauh ke Indonesia untuk menjadi pesaing bagi kaum yang termarjinalkan: petani Indonesia. Tak perlu kusebut kau sudah tahu bukan bahwa orang-orang yang disebut miskin di negeri ini sebagian besar adalah mereka yang bermata pencaharian sebagai petani. Miris dan ironis, padahal mereka yang menyediakan makanan untuk kita, namun mereka sendiri kewalahan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka jadilah mereka mencari pekerjaan lain selain menjadi petani, seperti buruh bangunan misalnya.

Ada yang salah. Sistem telah mendidik kita untuk tidak peduli dengan ini. Berbagai kebijakan pemerintah di bidang pertanian, belum ada yang dapat membuat nafas petani kembali normal. Selalu saja sesak, bahkan bagi saya sendiri-sang calon petani-. Apalagi kalau mendengar kebijakan yang orang-orang pintar itu buat tentang produk yang boleh masuk ke dalam negeri alias impor, tambah sesaklah dada ini, seolah-olah mereka ingin membunuh petani secara perlahan. Satu-satunya yang dapat menghibur petani hanyalah janji-janji manis orang-orang berdasi saat pesta demokrasi tiba. satu dua hari atau paling lama satu bulan. Namun, hiburan memang selalu bersifat sementara, selanjutnya kembali mereka menghadapi realita: ini Indonesia!

Pemerintah wajib bertanggung jawab, ya tentu saja. Tapi apakah kita hanya bisa diam saja? Atau hanya berkoar-koar di depan gedung mereka bahkan hingga merusak? Tidak, bukan itu yang dapat mengembalikan senyum petani Indonesia. Kita mahasiswa, Bung! Percaya atau tidak, tapi mahasiswa memang lebih didengar pendapatnya, mereka adalah pemuda yang punya ilmu pengetahuan. Maka kitalah yang harus mengambil bagian, menjadi salah satu bata yang memperkokoh pertanian Indonesia.

Bagaimana? Tumbuhkan kepedulian itu. rasa yang sudah lama bersembunyi di dalam hatimu itu. Suburkanlah. Lihatlah petani kita, mereka yang berpeluh setiap hari, menyiangi tanaman di tengah terik matahari. mereka yang rela memakan nasi kualitas rendah untuk menyajikan nasi kualitas tinggi pada masyarakat. Mereka yang megap-megap melihat harga pupuk melambung tinggi. Mereka yang digorok oleh para petinggi, rela mati hanya demi pertanian.

Peduli itu bisa dimulai dengan hal kecil, kawan. Berhentilah mengkonsumsi mie atau produk luar negeri. Memang sulit, karena produk lokal lebih mahal dibanding produk impor. Tapi setidaknya itulah salah satu kepedulian kita yang mampu kita lakukan.

Segala sesuatu dimulai dari hal kecil. Suarakan derita petani! Ahh, apakah mereka yang di gedung itu tak mendengar rintihan anak-anak petani yang busung lapar ini? apakah dindingnya terlalu tebal hingga meredam suara?



Senin, 21 November 2011

Tidur

Bismillahirrahmanirrahiim..

hari ini biru campur merah
biru karena hatiku membeku
merah karena malu

Ada saat-saat dalam kehidupan perkuliahan, mata ini tak mau berkompromi. Semangat menggebu sebenarnya, tapi tiba-tiba terbawa ke alam mimpi. Kadang hanya beberapa menit, atau bisa juga sampai seseorang menyenggol dan berkata, "Kuliah sudah selesai, kawan!"

Mengapa bisa sedemikian rupa? Beberapa penyebab rasa kantuk yang berlebihan antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari The Sun, Rabu (24/8/2011).

1. Kurang tidur
Masalah utama yang menyebabkan orang selalu mengantuk adalah kurang tidur, baik karena sedang banyak pekerjaan atau karena alasan lain. Stres juga bisa menyebabkan orang susah tidur di malam hari lalu mengantuk di siang harinya, demikian juga berbagai gangguan kesehatan seperti sering pipis, refluks asam lambung serta nyeri dada.

2. Kebiasaan tidur sembarangan
Manusia memiliki siklus yang mengatur kapan harus mengantuk dan kapan harus terjaga. Siklus ini bisa terganggu oleh kebiasaan tidur sembarangan atau tidak direncanakan, baik waktunya, tempatnya maupun suasananya. Contohnya tertidur saat menonton televisi atau saat berbaring santai di sofa.

3. Ngorok
Jika kebutuhan untuk tidur selama 7-8 jam dalam sehari sudah terpenuhi namun tetap merasa mengantuk, maka kemungkinan besar tidurnya tidak berkualitas. Kualitas tidur bisa berkurang akibat ngorok, sebab saluran napasnya tersumbat dan selama tidur tubuh tidak mendapat sulai oksigen yang cukup.

4. Efek samping obat
Beberapa jenis obat seperti antialergi dan antidepresan memiliki efek samping mengatuk, sehingga tidak dianjurkan untuk diminum saat mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin. Namun jika rasa kantuknya sampai mengganggu aktivitas lainnya, konsultasikan ke dokter untuk diganti dengan obat lain.

5. Kerja shift malam
Sepulang dari kerja shift malam, biasanya orang tidur pada siang harinya. Meski jika ditotal jumlah waktu tidurnya mencukupi, kadang-kadang orang tersebut mASih mengantuk. Hal ini disebabkan oleh terganggunya jam biologis, terutama jika terlalu sering berganti shift antara siang dan malam.

6. Narcolepsy
Penyakit yang tergolong langka ini menyebabkan penderitanya tiba-tiba merasa letih, kadang disertai kelumpuhan otot secara mendadak. Penderitanya juga bisa tiba-tiba pingsan saat berjalan atau saat mengalami lonjakan emosi yang meluap-luap, misalnya saat tertawa atau menangis. Meski cukup ekstrem, narcolepsy bisa disembuhkan dengan obat-obatan.

7. Gegar otak
Jika dalam 2x24 jam merasakan kantuk berlebihan disertai benjolan di kepala, sebaiknya periksakan diri ke rumah sakit terutama jika sebelumnya pernah mengalami benturan di kepala. Komplikasi gegar otak kadang-kadang tidak hanya ditandai dengan rasa mual, tetapi bisa juga memicu rasa kantuk.

Nah, termasuk yang mana ya?
Gegar otak jelas tidak mungkin, alhamdulillah aku sehat-sehat saja.
Narcolepsy juga tidak, kan udah dibilang, aku sehat-sehat saja..:)
Kerja shift malam? Hmmm,, kayaknya juga bukan, paling larut aku tidur pukul 11 malam, kecuali hari Sabtu.
Efek samping obat pun tidak, karena gak sedang minum obat.
Nah berati kemungkinannya: kurang tidur, kebiasaan tidur sembarangan atau ngorok? Tapi masa aku ngorok? Ah, gak mungkin..

Intinya, jagalah pola tidur yang teratur. Contoh paling baik tentu saja Rasulullah saw. Bukan kuantitas yang terpenting, kawan. tapi kualitas!

Kamis, 17 November 2011

Semua Ada Tempatnya

GAWAT!!! bener-bener gawat saudara-saudara sekalian. setelah vakum untuk beberapa lama, ternyata tanganku enggan untuk merangkai kata-kata menjadi cerita, kemudian cerita menjadi hikmah yang mungkin berguna bagi sebagian orang atau bisa juga jadi hiburan semata, setidaknya bagi diriku sendiri. yap, tanganku yang biasanya lincah menari di atas keyboard ini mogok nulis! betapa menderitanya aku. T.T

baiklah, sekarang kubebaskan dirimu menulis apapun, tapi kumohon jangan berhenti menulis, karena itu sama saja dengan mati bagiku. ya, karena aku hidup dengan menulis. aku bahkan bisa menjadi apapun dengan menulis. jadi teringat ucapan seorang teman, "Kamila, kamu tidak segila tulisanmu, ya.." aku hanya tersenyum. ya memang begitulah kenyataannya, aku lebih berani dalam tulisan! ^o^p

nah, jadi mulai sekarang aku tidak boleh berhenti barang sejenak pun untuk menulis. aku memang tidak berbakat, tapi setidaknya aku bisa menjalankan tiga saran yang diberikan Mbak Asma Nadia untuk menjadi seorang penulis. tiga saran itu katanya: " MENULIS, lalu MENULIS, dan terakhir tetap MENULIS". yap, sesederhana itu menjadi penulis. jikalau tulisanmu tak cukup bagus, tetaplah menulis, sebab itulah proses. nikmatilah proses itu... :)

oke, sekarang aku mau bercerita sedikit tentang tetanggaku (ssttt,, jangan bilang-bilang yaa). kemarin aku melihat ada yang buang air kecil di selokan. dia berani banget ya, padahal aku tepat di sampingnya! (ya iyalah, wong dia masih anak-anak.. -_-'') hhehe. iya nih, belakangan ini anak-anak lelaki di dekat kosanku buang air kecil di selokan. sebenarnya sih ini bukan hal yang luar biasa, ini hal yang sangat lumrah, bahkan di Bandung pun aku sudah sering melihatnya, bahkan pada orang dewasa sekalipun. eh, tunggu-tunggu, aku mau meluruskan, melihat disini maksudnya melihat kondisi ini sebagai fenomena ya, bukan ngeliatin orang-orang kencing sembarangan okeh, jangan salah prediksi!

maka jadilah kau mencium aroma amonia di tempat-tempat umum yang orang dewasanya masih anak-anak. di stasiun, terminal, tempat pemberhentian bus, tempat mangkal angkot, pokoknya sekitar situlah,, baunya sangat menyengat. kira-kira kenapa bisa terjadi fenomena ini? aku kira ada beberapa alasan disini.

pertama, orang-orang dewasa itu terlalu lelah untuk jalan ke toilet. kan kebanyakan yang buang air kecil sembarangan itu laki-laki yang berprofesi sebagai supir.. yaa, pekerjaan yang sangat melelahkan. dari pagi sampai malam harus kejar setoran, jadinya gitu, ketika panggilan alam untuk membuang hasil eksresinya, ia buang sembarangan saking lelahnya, tak kuat mencapai toilet. di samping kendaraannya atau di selokan terdekat.

kedua, orang-orang dewasa itu tidak bisa membaca.. mungkin ia kira tulisan "jangan buang sampah disini" pada selokan berarti tempat buang air kecil? ya, siapa tau aja begitu.

ketiga, orang-orang dewasa itu kebelet buang air kecil. karena takut buang air kecil di celana sedangkan ia sudah tak tahan lagi untuk buang air kecil, jadi itulah yang terjadi. ceri tempat terdekat yang hampi bisa disamakan dengan toilet.

keempat, dari kecil emang dididik gitu. nah, kalau yang ini aku mengaku salah, soalnya pernah juga nyuruh adekku buat buang air kecil di selokan aja, abisnya dia sih, orang lagi enak-enak main, minta pipis. udah dibilang "sana, pipis aja sendiri" eh, pengen dianterin. huft, jadinya begitulah.. hehe. nah lo, kok malah curhat.

oke, itu hanya praduga seorang aku. bisa benar atau salah. tapi yang terpenting disini sebenarnya adalah kesadaran. kita harus mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. kalau tempat pinsil kan di kotak pinsil, tempat baju ya di lemari, jadi tempat buang air kecil ya di toilet. agaknya, hal ini menjadi pe-er buat kita semua. mungkin ini masalahnya terlihat kecil, namun dampaknya akan sangat besar, hingga menyangkut moral bangasa (halah mulai lebayy!).

wallahu 'alam.

Kamis, 10 November 2011

Eliana (no ending)

Sebenarnya syuro kementrian perekonomian Al-Iffah sudah berlalu semenjak pukul 22. 50 lalu, tapi aku tetap tak bisa menutup mata. Ada keinginan yang membuncah dari dalam dada ini, kawan. Ia mendesakku untuk berdiam agak lama di depan barang elektronik yang setia menemaniku seharian ini. Menulis. Ya, aku ingin menulis. Kali ini sebuah resensi buku, yang baru saja setengah jam lalu kukhatamkan sambil tiduran. Aku benar-benar terbuai, kawan, sampai-sampai aku lupa bahwa hari telah berganti. Buku yang sanggup menahan kantukku, dan membuatku rela menyisihkan uang makan minggu ini demi dirinya. buku seperti ini mesti masuk dalam catatanku, tidak boleh tidak. Ia harus kuabadikan, sejelek apapun nanti rangkaian kata yang mengabadikan dirinya. Yap, inilah buku itu, kawan: Eliana..

Sebenarnya ini adalah buku keempat karangan Tere Liye untuk serial anak-anak mamak, setelah  Burlian (buku kedua), Pukat (buku ketiga), dan berikutnya Amelia (buku keempat yang diterbitkan terakhir). Eliana, memiliki cerita hidupnya sendiri.
Ia adalah anak sulung dari empat anak mamak dalam cerita ini. adegan pertama dalam cerita ini langsung menggambarkan keberanian Eliana dalam menghardik Johan, mandor tambang pasir di desa Eliana, yang mengejek ayah Eliana dalam negosiasi pengerukan pasir di sungai desa mereka. Sang sulung ini memang memiliki keistimewaan diantara empat anak mamak, dia anak paling berani, layaknya harimau yang mengaum tanpa sedikitpun beban.
Tapi, ada kata-kata ayah Eliana yang  menanggapi keberanian Eliana, "meghadapi maslah ini bukan sekedar berani mengatakan tidak.
ibu, tidak sekedar bilang tidak, pahami ilmu, alam akan membalas,

ahhh... sayang sekali aku tak selesai menulisnya.. hiks. padahal ini buku benar2 bgus!

Selasa, 08 November 2011

sensasi chatting yang berbeda

seorang kawan lama tiba-tiba ngajak ngobrol lewat FB, chatingan gitu.. aku kira percakapan ini akan menjadi percakapan basa-basi seperti biasanya, melepas kangen atau canda. tapi ternyata lebih dari itu, kawan. aku menemukan sensasi saat bercakap dengannya, sensasi yang orang banyak menyebutnya: inspirasi. akan kuceritakan padamu meski kau tak memintanya.. oya, yang perlu dicatat, temanku itu wanita yaa, awas jangan salah sangka! (siapaaa lagi yang salah sangka? -_-'')

aku sedang ngoceh-ngoceh bersamanya tentang SKS dan lulus. sampailah kami pada suatu pertanyaan yang sepele sebenarnya, tapi membutuhkan jiwa yang besar untuk menjawabnya: akan dibawa kemana ilmu yang didapatkan saat kuliah? aku tahu, tuntutan hidup kadang membuat kita melakukan segala hal demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka kau bisa dengan mudah menemukan sarjana pertanian di bank-bank swasta atau sarjana peternakan di bidang furniture bahkan yang paling mudah kita lacak, sarjana pengangguran yang menambah beban negara.. aahh, apakah tahun-tahun yang dihabiskan untuk menuntut ilmu ini akan sia-sia belaka. mengendap layaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia. atau menguap seperti janji-janji yang diucapkan penguasa negeri ini. seperti itukah?

apakah sebenarnya yang kita cari di kampus ini? kesenangan membuang-buang uang orangtua dan negara sajakah? atau sekedar coba-coba mengeksiskan diri sebagai insan intelek di tengah masyarakat? apa sebenarnya tujuan kita berkuliah dari pagi sampai sore, kadang bahkan harus mengerjakan tugas hingga larut malam, belum lagi kalau ada kuis, sampai-sampai tidur tak lelap dan hati tak tenang. untuk itukah? nilai dan pengakuan sebagai SARJANA.

dangkal sekali bila begitu. nilai dapat dengan mudah kita dapatkan, pengakuan sarjana pun bahkan dapat ditukar dengan beberapa lembar rupiah saja. lantas, apakah sebenarnya ilmu kalau begitu?

aku jadi teringat film india yang sangat menginspirasi. 3 Idiots. dimana sang pemeran utama, Ranchodass Syamaldas Chancad (bener teu nya nulisna?hehe) alias Ranchoo ternyata selama mengikuti perkuliahan tidak pernah mengejar gelar sebagai engineer, bahkan gelar itu ia berikan secara sukarela pada majikan yang menyekolahkannya. ia pergi kuliah setiap hari hanya untuk menyerap ilmu sebanyak yang ia mampu. memahaminya dan menjadikan ilmunya itu nyata berguna.  terlepas dari kefiktifan cerita ini, aku kira kita dapat belajar dari Ranchoo yang nama aslinya ternyata Phunsuk Wangdu, bukanlah nilai atau gelar, melainkan pemahaman. ya, pemahaman.

pemahaman akan suatu ilmu karena kita mencintainya. kalau sudah paham, segalanya terasa mudah, bahkan untuk pelajaran kalkulus yang menurut kebanyakan orang rumit, bila kita memahaminya akan terasa mudah. semudah anak TK bermain kelereng (asa gak nyambung ya.. hehe). Pokoknya asalkan paham, semua jadi lancar dan mudah! dan bukankah suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang yang bukan ahlinya hanya akan menuai bencana? ahh,, itulah mungkin sebabnya di tanahku terjadi bencana. banyak orang-orang yang mengerjakan suatu pekerjaan tanpa dasar pengetahuan!

maka cintailah bidangmu. kini bukan saatnya mengeluh, jika cinta tak kunjung muncul, carilah celah agar kau bisa mencintainya. pahamilah ia sebagaimana kau memahami kekasihmu. dan perlakukanlah ia dengan baik. jangan singkirkan ia setelah kau menikmatinya (halah, bahasanya..).

itulah pengingat, lebih tertuju untukku sebenarnya.hehe. Oke, kamila! hari ini harus lebih baik dari kemarin. jadilah bintang, BERSINARLAH!! ^o^p

Sabtu, 05 November 2011

Dakwah Tidak Butuh Aku

dakwah tidak butuh aku.


belakangan ini pikiranku diusik oleh kata-kata ini, setelah seorang kawan bertanya padaku tentang dakwah kami. hhhhh... sebenernya aku tak ingin sok menasehati orang, tapi benarlah sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa dakwah itu ibarat dua mata pisau, satu sisi mengingatkan orang lain, namun di sisi lain, sebenarnya kita tengah mengingatkan diri kita sendiri. dan inilah yang kutakutkan, kawan.. jika apa yang kukatakan tak sesuai dengan apa yang kulakukan. astaghfirullah.. aku benar-benar sesak menulis ini. betapa banyak kata yang terucap, tapi jejaknya tak nampak. ya Allah..

tiba-tiba aku berucap padanya: dakwah tidak butuh kamu..
secara tidak langsung ia bermakna: dakwah tidak butuh aku.

kawan, memang begitu bukan kenyataannya? dakwah ini tak pernah butuh aku. karena Allah sendiri yang menjamin Islam akan tegak di muka bumi, dan Allah tiada pernah ingkar janji!

kawan, pernahkah kau dengar ini?
mereka berada dalam naungan yang teduh dan di sekitar mata air-mata air,
dan mendapatkan berbagai macam buah-buahan yang mereka inginkan,
dikatakan kepada mereka, "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan!" 
(QS.77:41-43)

siapakah? siapakah mereka, kawan?

sesungguhnya mereka mendapat kemenangan,
yaitu kebun-kebun dan buah amggur,
dan gadis-gadis remaja yang sebaya,
dan gelas-gelas yang penuh berisi minuman,
di dalamnya mereka tak pernah mendengarkan perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan dusta,
sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak. 
(QS.78:31-36)

demi Allah, mereka adalah manusia yang telah melakukan perniagaan yang sangat besar dan menguntungkan! mereka menjual diri mereka sendiri untuk mendapatkan keridhaan Allah, sehinnga nikmat Allah yang berlimpah itu tak henti tercurah padanya, kekal abadi! tidak mengenal kata kesudahan atau hilang. ia kekal abadi! dengarkah kau, kawan? nikmat yang kekal abadi!! ah, tiadakah kau tergiur?

maka sebab itulah kawan, dakwah tidak butuh aku. karena tanpa aku pun, dakwah akan tetap ada bahkan dengan orang-orang yang lebih baik! tapi aku tidak rela jika aku tidak menjadi salah satu bagian dari dakwah ini, yang mengantarkanku menuju keridhaan Ilahi, hingga kelak Tuhan melimpahiku dengan nikmat kekal abadi! aku ingin ya Allah, menjadi hamba yang diridhaiMu. aku hanya ingin engkau! dan aku butuh ya Allah,, aku butuh dakwah ini!!

Hai orang yang berselimut!
bangunlah, lalu beri peringatan!
dan Tuhanmu, agungkanlah!
dan pakaianmu, bersihkanlah!
dan perbuatan dosa, tinggalkanlah!
dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak,
dan untuk memenuhi perintah Tuhanmu, bersabarlah!
(QS.74:1-7)

Selasa, 01 November 2011

kerinduan

hwaaaaaa!!!!!!!! rasanya pengen teriak sekeras-kerasnya! aku kembaliiiii!!!! akhirnya bisa nulis lagi, alhamdulillah.. :))

oke, aku akan sedikit bercerita mengapa sekian lama aku gak muncul-muncul di hadapanmu, kawan. Semua berawal dari hujan di sore hari sehabis ujian dasar-dasar agronomi. besar sekali hujannya, petir dan kilat bersahut-sahut, seperti nyanyian setan yang hendak menulikan telinga. jantungku bahkan berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang (yaaahhh,, malah nyanyi.. -__-''). oke, pokoknya hujan dar der dor!! cerintanya, aku ingin menenangkan diri setelah ujian (dasar-dasar agronomi adalah ujian terakhirku) dengan menjelajahi internet dan memenuhi dirimu dengan tulisan-tulisanku yang penuh kepolosan (hhehe). tapi baru saja niatan itu muncul, orang-orang udah pada ribut..
"Tami....!"  aku sedang di kamar, jadi tidak tahu persis siapa yang memanggil Mba Tami, tetangga sebelahku, tapi aku yakin dia wanita. heehe

"Iya Mba.. " Itu suara Mba Tami, aku sangat yakin.

"Internet gak bisa jalan ya?" Deg! wahhh,, harapanku memudar. kesenangan menjelajahi internet dan bermain kata bersamamu, rasanya tinggal mimpi. betapa kejam dunia terhadap orang kecil sepertiku, ia selalu mengubur harapanku bahkan ketika ia baru selintas saja terucap! (lebayyyyy!!)

okeh, dan begitulah.. tersiar kabar bahwa internet kesambar petir. suara setan itu ternyata menulikan internet kami.huuhuu. tapi alhamdulillah, itu hanya berlangsung sehari saja, berkat kesigapan penghuni Al-Iffah, maka: tarraaaa!!! internet pulih dalam waktu 24 jam saja, luar biasa! ia memulihkan semangatku untuk kembali menulis bersamamu, kawan.. ^_^

oke, aku kembaliiiii!!!!! tapi gak tau mau nulis apa.. hehe. ah ya, aku ingin menulis rinduku untuk mamah. udah lama beliau gak kirim  surat. tahukah kau bagaimana kabar ibuku, kawan? aahhh,, peluk aku kembali ke masa aku masih bersama Ibu..

Ibuku itu, kawan..
tak hilang senyumnya saat melihat rona bahagiaku,
tak peduli seberapa lelah tubuhnya seharian ini

ibuku itu, kawan..
selalu ada kala aku butuhkan,
meski aku tak selalu ada untuknya

ibuku itu, kawan..
tetap sabar mengurus anaknya yang dua belas,
sementara wanita lain di usianya tengah bersantai menikmati usia senja

ibuku itu, kawan..
selalu cantik menawan
meski keriput menghias seluruh badan,
karena bukan sembarang pakaian yang ia kenakan
melainkan pakaian iman!

ibuku itu, kawan!
dan aku bangga menjadi anaknya!