Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Minggu, 02 Desember 2012

Catatan Seorang MahaSantri

Orang Hilang!

mungkin itu status paling tepat untukku. bagaimana tidak, tanpa ada hujan atau angin, tiba-tiba saja aku tidak ada. meninggalkan dua kota yang masing-masing memiliki bagian dari hatiku. Bogor, dan Bandung..
meninggalkan teman-teman tanpa satu kabar apapun,
membiarkan studi yang baru setengah jadi begitu saja,
'menelantarkan' cita-cita yang kutulis di dinding kamar, seratus lebih jumlahnya,
tentang usaha coklat yang kuimpikan,
tentang Jerman yang kudamba,
tentang lomba-lomba yang kuikuti,
tentang hidupku..

Kawan, kini aku kembaliiii!!!!! Meski hanya sehari, untuk bertukar kata denganmu yang kurindu.. adakah kau ingin tahu kabarku? Duduk manislah, aku akan bercerita padamu, tentang dimensi yang kukira sudah terkubur di negeri mimpi..

Satu provinsi yang kukira tidak akan pernah kukunjungi ternyata kini ikut ambil bagian dalam hidupku. Jawa Timur, tepatnya di kota Pasuruanlah kini aku berdiri, menatap sebuah masa depan yang baru. seratus delapan puluh derajat, sebesar itulah kubelokkan mimpi. gelarku kini bukan mahasiswa lagi kawan, tapi seorang santri. Hei, jangan kau remehkan santri! Tanpa kami, gelap gulitalah dunia. Sebab hakikatnya dunia memang sebuah kegelapan.Agamalah penerang yang dapat menunjukkanmu mana jalan yang benar menuju Ridha Allah. Dan kami, SANTRI, adalah pemegang cahaya itu. keren, bukan?

Hmmm,, sepertinya tak usahlah aku ceritakan tentang kisah dibalik perpindahanku kesini, ada sesuatu yang lebih penting dari itu. kawan, aku akan membawamu kesini, ke rumahku yang baru.. :)

gimana rasanya jadi santri? Pasti ini yang akan kau tanya. aku sebenarnya ingin bercerita banyak, tapi biarkanlah kuringkas dalam sebuah puisi, agar kau mengerti lebih dari sebuah rasa.

Kawan, sekarang aku seorang santri,
bukan mahasiswa lagi,
kini adalah cela bila melihat dan dilihat lelaki
kau lihat, dari balik bilik ustadz mengajar kami

Kawan, sekarang aku seorang santri,
adalah aib tidak bangun saat dini hari,
dengarlah, riuh antrian wudhu sejak jam tiga pagi

Kawan, kini aku seorang santri,
pagi-sore lisan mengucap kalam Illahi,
perhatikanlah, macam wirid menghiasi

Kawan, kini aku seorang santri,
yang membawa ilmu hakiki
dari para imam yang berhati suci

Kawan, kini aku seorang santri,
bukan mahasiswa lagi..
 --

*Salam rinduku untuk semua teman di Bogor yang tengah menuntut ilmu, jangan pernah sepelekan agama ya.. Banyak sekali aturan syari'at yang salah kaprah di masyarakat. betapa ingin aku meluruskannya, semoga Allah berkehendak..Aamiin.
Salam paling spesial untuk geng Bocil, yang 'mengecilkanku'.. hhe.
Ika, tetap berkarya! ayo mana puisinya?
Wida, kembangkan potensi! kapan-kapan pengen qosidah ya?hhe
Amloh, SEMANGAT! hidup tidak akan berhenti hanya sebab masalahmu. Live must go on!
Abil, mmm apa ya? ntar traktir eksrim lagi yaa (lho??)

semoga Allah mempertemukanku kembali pada kalian, tiada yang bisa menggantikan kedudukan kalian disini (ceritanya sama megang dada ini, jadi maksudnya gak ada yang menggantikan kalian di hatiku,, hhe, so sweet kan??).  

Senin, 20 Agustus 2012

Selamat Tinggal, Kawan!


Bismillahirrahmanirrahiim..

Dua puluh tahun usiaku. Banyak yang menyangka usiaku dua pertiga dari itu sebab perawakanku dan untuk itu aku senang, serasa awet muda. Namun tetap saja itu tak mengubah kenyataan bahwa aku sudah menghabiskan dua puluh tahun usiaku (lebih beberapa bulan) di dunia sebagai seorang kamilatussyafiqoh yahya. Jejak-jejak perjalananku masih terekam dengan jelas dalam memori di kepalaku ini. Aku sebagai anak cengeng di Taman Kanak-kanak, anak yang manja saat Sekolah Dasar, dan manusia yang polos dan lugu hingga kini (hhe). Dan kalau dipikir-pikir dalam masalah agama, aku lebih banyak melakukan kesalahan daripada kebaikan. Jika Allah berlaku adil kepadaku sebagaimana amalan duniaku, sudah barang tentu tempatku di akhirat kelak adalah neraka sebab timbangan kiriku akan jauh lebih berat dibanding timbangan sebelah kanan. Astaghfirullah, Allah ampuni kami, rahmatilah kami, sungguh aku tak sanggup ke nerakaMu.. T.T

Kini aku adalah mahasiswa tingkat 2 yang baru akan memasuki tingkat 3 di sebuah Institut di Bogor. Dalam perjalananku sebagai mahasiswa, orientasi hidupku adalah membahagiakan orangtua. Hanya itu. Aku ingin yang kulukis di wajah kedua orang yang mendidikku itu adalah senyuman indah. Sayangnya orientasi ini seakan mengabur seiring berjalannya waktu, aku lebih sering mengikuti keinginan nafsu dibanding apa yang orangtuaku harapkan. Aku seolah-olah kehilangan orientasi itu sampai-sampai tak menyadari bahwa aku telah menusuk-nusuk hati keduanya hingga tak ada sama sekali senyum di wajah mereka. Tangis, itu yang kucipta.

Hingga suatu hari aku menyentuh ilmu agama, hanya pinggirnya saja dan itu cukup untuk membuatku sadar betapa bodohnya aku selama ini. Betapa sok pintarnya aku dengan ilmu agama yang nihil berbicara tentang agama di hadapan teman-teman atau adik tingkat yang kukenal. Dan baru kutahu bahwa mempelajari ilmu agama adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap orang sedangkan ilmu dunia fardhu kifayah, wajib bagi sebagian orang demi kemaslahatan bersama. Namun nyatanya, lebih banyak mereka yang memahami ilmu dunia dibanding ilmu agama. Lihatlah betapa majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia ini dan betapa terperosoknya orang-orang yang mengaku muslim pada kegelapan sebab ketidaktahuan mereka pada aturan-aturan yang ada dalam agama mereka.

Maka kusesali dua puluh tahunku yang berlalu. Mengapa tidak kuperjuangkan keinginanku pesantren dahulu seperti kuperjuangkan keinginanku menjadi mahasiswa? Sesalku ini tak akan terobati sebelum kupahami benar ilmu Islam. Maka aku harus bertindak! Aku masih terhitung muda dan otakku masih bekerja dengan baik, ingatanku pun belum terlalu buruk. Kini kau lihat sendiri, pikiran-pikiran berkeliaran, tumpuk menumpuk.
Apakah harus kutinggalkan kuliah untuk mempelajari agama? Ah, bukankah aku bisa belajar agama sambil kuliah? Tidak, tidak, aku harus fokus mempelajari ilmu agama, akan sulit kalau harus sambil kuliah. Ah, tapi bukankah tinggal dua tahun lagi kau menjadi sarjana? Tunggulah sejenak. Tapi aku takut tak sampai usiaku dua tahun lagi kemudian aku ditanya mengapa aku mengerjakan ibadah tanpa ilmu dan aku harus menjawab apa pada Rabbku? Sebab aku harus kuliah demi mencari dunia yang hina?? Ahhh,,

Maka untuk orang seperti aku, yang amal shalehnya saja sedikit, ditambah keraguan apakah amal yang sedikit itu diterima Allah atau tidak sebab aku mengerjakan tanpa ilmu padahal banyak tempat yang menyediakan ilmu itu, ditambah lagi banyak pemahaman keliru yang kuadopsi dan kutularkan pada orang-orang di sekitarku, maka keputusan inilah yang kuambil.

Selamat tinggal, kawan! Do’akan aku mampu memahami ilmu agama dengan baik.

Sesungguhnya bila kau serahkan seluruh jiwa ragamu untuk ilmu, maka ilmu akan memberimu sebagian darinya. (Imam Ghazali)

Minggu, 12 Agustus 2012

Bertanya

Allah tahu aku lemah,
lalu Ia menyuguhkan ujian yang berat
dan aku mengeluh,
berkata pada rembulan malam hari
bilakah pengakhiran itu tiba?

rembulan cemberut
mendengar tanyaku ia perlahan surut
menyerahkan tanya pada mentari pagi hari
tapi mentari hanya berdiam diri
lalu tanpa pamit ia meninggalkanku sendiri

dan aku sendiri,
bertanya pada siapa lagi??

Sabtu, 23 Juni 2012

Jawaban untuk Peri Kecilku

Peri kecilku, maaf aku lama berdiam diri,
kurasa kini adalah waktunya kau duduk tenang,
bersamaku berhadapan, mendengar resah sang hati
bukankah kau ingin tahu,
tentang senyum beberapa waktu yang tersaji tak seindah bulan sabit
malah kayak adonan roti yang dibanting-banting, kusut
tapi bukankah akhirnya jua adonan itu kalis?
dan di lidah terasa manis?
begitulah mungkin hidupku
kini sedang dibanting-banting
oleh rasa
oleh hawa
oleh jiwa
dan sanubari
kau tahu rasanya  seperti apa?
sakit memang
dan bukan hanya diri yang menangis,
orang-orang yang kucinta pun hatinya sempurna teriris
tapi bukankah ini proses, agar kalis, agar manis
begitu kan peri kecilku?

Peri kecilku, maaf aku lama membuatmu bingung
mungkin tercipta beragam praduga
maka lewat kata aku bercerita
karena jika harus lisan ini berkata
aku tak kuasa membiarkan peri kecilku pun menyumbang air mata
biar, biarlah aku saja, peri kecilku,
kau belajarlah dariku
bahwa hatimu, jagalah ia untuk dia yang menunggu
bahwa pada mereka yang mendidikmu, bahagiakanlah sekuat kau mampu
bahwa kata menyerah, jangan jangan sampai terucap meski hanya satu

Peri kecilku, darimu kupinta do'a
agar aku dikuatkan Yang Kuasa
merelakan segala asa dan cita
demi kebahagiaan lain yang lebih berhak kucipta

Peri kecilku, kapan kau baca ini
mungkin segera setelah selesai kurilis
mungkin nanti siang sebelum ujian
atau setelah ujian?
kalau sampai kau baca ketika aku sudah di negeri yang sejuk
maafkan aku tak sempat bercerita apa-apa

Kamis, 21 Juni 2012

(ternyata) Aku Tahu Kusmana

Kawan yang tak pernah kusapa maafkan aku
bukan karena membencimu aku diam membisu
tapi aku benar-benar tak tahu
bahwa orang itu adalah dirimu

mendengar namamu pertama kali
adalah saat pesan menembus udara mendarat di ponselku
tentang kepergianmu
entah mengapa tanpa ragu,
aku ikut melayat ke rumahmu, ingin bertemu

tapi apalah daya,
rumahmu itu ujung dunia
lewati gunung, laut dan sejuta pesona
namun mataku hanya terpejam
menahan mual tak tertahankan

aku tiba di rumahmu
tepat saat kumandang isya digemakan
ragamu sudah dipeluk tanah
kau sudah ditemani malaikat bercahaya

Kawan yang tak pernah kusapa maafkan aku
baru seminggu kemudian aku tahu
saat pengawas ujian bertanya,
"Yang namanya Kusmana, hadirkah?"
serentak seisi kelas berduka,
"Meninggal kak" jawab mereka

Kawan aku baru tahu,
aku tahu dirimu
maafkan aku

Jasadmu memang sudah terkubur
tapi namamu akan selalu terkenang
sebagai prajurit dalam barisan perang
yang syahid, meski bukan di medan perang
satu nama dalam kata
Kusmana

Dua Puluh Delapan Hari Lagi

dua puluh delapan hari lagi
waktu-waktu mulia akan kembali
lihatlah ke segenap penjuru negeri
tak kah kau lihat malaikat-malaikat berjejer rapi?

“Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama."

dua puluh delapan hari
hari dimana syaithan dikebiri
tak mampu menggoda manusia lagi,
tapi itu setan jenis iblis, lihatlah dengan hati
tak kah kau lihat syaithan-manusia tetap beraksi?

“Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, .. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.”

dua puluh delapan
apakah sudah kau siapkan raga
beserta segenap jiwa
agar kelak tak hanya menndapat lapar dan dahaga
tapi pula ridha dari Yang Maha Kuasa

dua puluh
waktunya hanya dua puluh tambah sepuluh hari
bukan untuk bermalas diri
namun mendekat pada Illahi
setiap detiknya mengajakmu merenungkan
tentang mereka yang berlapar sepanjang tahun


dua,
namun yang harus kau pahami jua
bahwa tak ada yang menjamin kau masih punya nyawa
saat semilir angin Ramadhan menyapa
karena jiwa-jiwa kita
adalah mutlak milik sang Pencipta


"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.." (QS An-Nisa 4:78)
...
masihkah kau diam?

Senin, 18 Juni 2012

Keputusan, Ayah, Ibu

Kawan, apa kau pernah berselisih paham dengan orangtua? Bukan, bukan karena kau benci, tapi ada pendapat yang tidak kau setujui.. lalu bagaimana sikapmu? Mempertahankan egomu? Atau diam dan mengalah? Kali ini izinkan aku bercerita tentang orangtua..

Aku seperti kebanyakan anak lainnya, menyayangi orangtua. Tapi apa boleh dikata, meskipun dari rahimnya aku ada tapi isi kepala kami berbeda. kini umurku dua puluh tahun kurang sembilan hari, sudah dua tahun lebih aku tak serumah dengan orangtua. dan harus kusadari, pemikiran kami berbeda. semestinya tak ada masalah, dalam pandanganku aku bisa memutuskan hidupku sendiri. tapi tidak bagi mereka.

Pernahkah kau bayangkan dirimu seorang Ibu atau Ayah? Lalu setelah belasan tahun kau didik, tiba-tiba anakmu mengatakan hal yang sangat tak ingin kau dengar? Sebuah perbedaan. Aku ingin mengungkapkan pendapatku, tapi apa mau dikata, aku seorang wanita. demi melihat air mata ibuku, aku haru. Tertunduk malu, dua puluh tahun dan tangis yang kucipta di wajah tuanya? teringat pada sebuah peringatan: “Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” (HR.Muslim)
Kawan, dengarkah itu, tiga kali peringatan!

Dalam Islam, setelah tidak menyekutukan Allah, kau diminta taat pada kedua orang yang menemani harimu semenjak kau dapat menghirup udara dunia, melihat semarak mekarnya bunga-bunga, menikmati pelukan pertama orang itu, Ibu dan mendengar adzan dari orang itu, Ayah. Kepada merekalah ridha Allah ditautkan. kepada mereka jualah murka Allah dititipkan. Maka pada dasarnya menaati orangtua adalah manifestasi dari ketaatan kita pada Yang Maha Kuasa. aku tahu, ratusan kali kudengar ini. tapi sekedar tahu?

Allah, padaMu kupasrahkan segala urusanku. Berkahilah keputusanku ini. Aamiin.

Kue Bu Rahmi

hari ini,
kue-kue tersenyum di hadapanku
tapi tak seperti biasa lakuku
tanganku kaku
hanya melihatnya saja tak bernafsu
aku terheran sendiri, apakah kau pun begitu?

sebelum kue itu dihidangkan
aku masuk ke dalam sebuah rumah
bau kapur barus segera merekah
satu dua orang berdiri payah
hatinya sudah lelah

seorang dosen duduk di sampingku
menatap ke depan, tapi bukan menatapku
matanya merah, angguknya lemah
saat satu persatu wajah-wajah menyapa
sendiri,
tersedu sedan,
siapakah yang kuat tak menyumbang air mata?

"Pak, mau ikut memandikan?" wanita itu berkata
dosen di sebelahku mengangguk, masih lemah lalu beranjak
bersama air yang mengalir, air matanya tak habis-habis

kudengar angin berucap bela sungkawa
seorang syahidah tiada
setelah berjuang penuh daya
memberi kehidupan untuk seorang manusia

adalah sebuah kepastian
ada yang menghirup nafas
dan mengakhiri nafas
meskipun satu jiwa
satu aliran darah

syurga, berbahagialah..
ada satu lagi bidadari kembali

bumiku, bersedihlah..
seorang mulia telah pergi

18 Juni 2012
mengenang Bu Rahmi, dosen AGH

Minggu, 17 Juni 2012

Empat Wajahku di Institut Ini

Aku merasa setiap pertemuan dengan orang lain adalah sempurna telah ditata. Dari Bandung, aku ke Bogor, dan kutemui orang-orang yang sejatinya adalah cerminan dari diriku sendiri. benarlah sebuah hadits "Bila ingin tahu seseorang, lihatlah teman baiknya." Yap, aku merasa benar-benar bertemu diriku dalam diri-diri mereka. seakan bercermin. nyata, sungguh nyata. Hari ini biarkan aku mengenalkanmu, pada wajahku dalam diri yang lain.

Wajah ini terlihat sendu, karena dia bilang ia setiap hari menangis karenaku. aku sendiri heran, ada ya orang yang sebegitu inginnya diperhatikan olehku? Kawan, dialah wajah pertamaku di Institut ini. pertama kali bertemu, ia tersenyum, bercanda tawa, meskipun ia lebih banyak diam dan aku yang berkata. Kalau ingin mendengarnya bercerita, kau harus sabar, karena intonasinya yang super duperrrrrr lembut, kadang seperti berbisik, takut oang-orang di sekitarnya mendelik. ya, dialah diriku yang lain kawan, sang melankolis sejati yang mengajarkanku sebuah kesabaran.

Wajah keduaku. dia ekspresif. Ketika ingin menangis, ia akan menangis. Ketika tertawa, ia tertawa seketika. Ketika ingin berteriak, tak kenal waktu tak kenal tempat, ia pun berteriak. Ia adalah wajah yang terkungkung oleh pemikirannya sendiri. padahal jika kau mau tahu, ia punya segudang potensi. namun ia simpan rapi sendiri, merutuki diri. ahh, di balik ekspresinya itu, sebenarnya ia kesepian. butuh seorang teman. Dialah sang ekspresif yang membuat diriku kian bijak.

Wajah berikutnya hampir benar-benar serupa diriku. pertama kali aku bertemu dengannya, aku benar-benar merasa bercermin. Pertama kali berkenalan, kami berdiri di panggung bersama dan sama-sama melakukan hal yang sama: membaca puisi. Itu salah satu persamaannya, ia suka berpuisi. Aku melihat, apa yang ingin kulihat dari matanya dan mengucapkan apa yang ingin kuucapkan dari mulutnya. hehe, lebay juga ya. dialah diriku yang lain, menampilkan keanggunan.

Wajah yang ini selalu terlihat ceria. Satu-satunya hal yang membuatnya tersenyum sekenanya hanyalah ketika ia merasakan sakit. Tapi ia tetap tersenyum, ikhlas sekali terasa. Dia suka nyanyi, suka akustik, suka drum band, suka sekali musik! Dialah wajah gembiraku, yang jarang kutonjolkan. Karena, jujur, meskipun aku suka nasyid, tapi suaraku tak seindah suaranya. jadi daripada aku membuat tetangga terbangun segera, lebih baik kupendam suaraku, dan aku menemukannya di wajah ini. Maestro musik, memberi nada kehidupan.

Kawan, Empat wajah dulu yang kuperkenalkan padamu. Kelak, jika Allah mengizinkan aku akan bercerita banyak padamu, tentang wajah-wajah lainku disini.

Jumat, 08 Juni 2012

BERIMANLAH!

cahaya memasuki ruang suci,
berkata pada wanita yang sendiri
"Kau akan punya anak"
"Bagaimana bisa sedang tentang laki-laki aku tak tahu banyak?"
"Ini kehendak Sang Pencipta"
"Kalau begitu aku yakin dan pecaya"

lalu kehendak itu nyata
ruh memasuki rahim sang wanita
ia tak banyak bertanya mengapa
sebab Allah di balik segala cerita

satu dua bulan ia aman
memasuki bulan selanjutnya perutnya membesar
maka tak ayal berbagai fitnah tersiar, tersebar
'hamil tanpa suami! dia pezina' begitu suara cacian
ia wanita yang punya hati punya rasa
tapi bukan pada akal atau nafsu ia tundut taat
kalbunya lapang, yakin atas suratan takdir Yang Maha Kuasa

ia pergi jauh dari kampung
tanpa membawa perbekalan dalam karung
hanya iman yang melampaui tegarnya gunung
maka kala lapar menyapa
Allahlah yang berbicara,
kurma turun dengan segera

lisannya ia tutup rapat
kala cacian semakin berat
sambil menggendong bayinya, iman ia perkuat
yakin dan percaya atas ketentuan yang tersirat

maka, Allahlah yang menjawab
melalui lisan sang bayi yang belum sempurna mengenal kata
lancar fasih tiada cela
"Aku ini utusan Tuhan!" begitu ia mengucap

dialah Siti Maryam, wanita pilihan Tuhan
yang padanya syurga dijanjikan
bersama sejuta kenikmatan
atas seluruh raga dan jiwa yang ia korbankan
dan iman yang sempurna tanpa keraguan

dialah Siti Maryam, wanita pilihan Tuhan
untuk kita kisahnya dihadirkan
bukan sebagai celaan
tapi sebagai pelajaran
ada satu kunci ketenangan
IMAN
di lisan
dari hati
dalam perbuatan

Kamis, 07 Juni 2012

Untukmu, Sahabatku di Balik Berlin

Aku menanti sesungging senyum
ikhlas, tidak dikulum
lepas, bukan mengerum
berbekas, aromanya tercium

tapi yang kau hadirkan justru suasana kaku
membuat hatiku beku
dan kaki tangan enggan membuat laku

pepatah berkata bahagia kadang harus dijemput
Aku mencoba tersenyum dahulu
lalu kau palingkan muka tanda tak setuju
atau karena kau malu?
aku tertunduk bersama diammu

kadang, pada sang waktu aku mengadu
dapatkah kuputar ia satu atau dua bulan lalu
agar kuhentikan segala prasangka yang terlanjur meruah
membuat hati-hati yang satu jauh terpisah

hingga kini,
aku masih menanti
senyummu yang ikhlas itu kembali
bersama canda dan tawa berbagi
dalam naungan cinta Illahi

Minggu, 27 Mei 2012

Wajah yang Kurindu



ada satu wajah
yang tiap menatapku, senyumnya merekah
tulus dan penuh ikhlas
sungguh tak mengharap balas

diamnya adalah do'a
dalam kalbu tiada cela
berharap dari rahimnya yang mulia
terlahir hamba-hamba Allah yang dicinta

katanya pun do'a
dalam rangkai penuh makna
berharap dari tangannya yang kian tua
terbentuk prajurit-prajurit berjiwa muda

lakunya pula do'a
menyentuh lembut setiap raga
berharap dari detik-detik yang tersedia
tercipta manusia-manusia yang dirindu syurga

harapmu, duhai yang kurindu
berbalas atau tidak tak lah kutahu
namun, sungguh diri ini
meresap harapmu dari lubuk hati

dia yang kurindu
adalah dia yang tiap kali bertemu
ia siapkan kelapa dan nangka tiada jemu
dengan antusias menjamu
menggono spesial untukku 

* maafkan anakmu yang penuh alpa ini, duhai yang kurindu..

Rabu, 09 Mei 2012

Mengikuti Nada Alam

dalam kepak sayap malam
ia mematung, terdiam
hendak berlari menantang alam
namun segala daya telah karam
bahkan nafasnya hampir saja tenggelam

sebatang kara di keramaian
ayah ibu sudah tidak bisa lagi bergandengan
bukan hanya sebab tangannya telah menjadi potongan
pula sudah bisa ia disebut yatim piatu, sendirian
jasad kedua tersayang di hadapan
tiada.. sebab luapan kemarahan

dalam kepak sayap malam
mentari tertutup sempurna, temaram
ia lalu duduk, sudah berjam-jam
hendak apakah iapun bertanya geram
pada nada malam ia titipkan tanya dan salam
untuk Tuhan dan semua duka yang terekam

Sabtu, 05 Mei 2012

Selusin Cerita Keluargaku

Keluargaku punya selusin cerita. Aku cerita kesembilan, ada delapan cerita hebat sebelumku dan tiga cerita luar biasa setelahku. Dan kini tiba-tiba aku merindu pada sebelas cerita lain, bolehkah aku memperdengarkan padamu sebelas cerita keluargaku yang lain?

cerita pertama, ia lebih dirindu Tuhan hingga Ia mengambilnya duluan. Cerita pertama penuh misteri. Ia benar-benar lelaki kuat, bayangkan saja, baru umur dua tahun sudah punya adik dan taraaaaa... tiba-tiba 11 jumlah adik yang ia miliki. Dan kau tahu apa? Dia selalu ingin membuat adiknya senang walaupun hidup penuh kesederhanaan. Ya, cerita pertama berkata tentang "sederhana".

cerita kedua. haha, mengingatnya saja sudah cukup membuatku tertawa sendiri. Seumur hidup aku belum pernah melihatnya menangis kecuali saat nonton film India atau drama korea. Lucu. cerita kedua tak pernah membuatku tidak malu, ia selalu melakukan hal-hal yang lugu keliatanya. Berani untuk sebuah tujuan yang ia inginkan. Ahh,, kau sudah tahu, kawan, dialah yang mengajarkanku "tertawa".

cerita ketiga. ia hidup dengan kerja keras. makannya wataknya juga agak keras, namun sesungguhnya ia sangat lembut dan selalu ingin membahagiakan orang terdekatnya. dia mengagumkan, semua ceritanya penuh pengorbanan, aku tak yakin bisa seperti dirinya. dalam keadaan yang tidak mendukung pun ia mampu bertahan. sungguh, darinyalah aku tau apa itu "prinsip".

cerita keempat. Kurasa titisan entrepreneur melekat dalam dirinya. Katakan apa saja, mungkin kakakku ini sudah pernah menjualnya. resiko apapun ia berani ambil demi keluarga tercinta. benar-benar wanita hebat. Namun, seperti kebanyakan wanita, bahkan mungkin melebihi kebanyakan wanita, ia senang bercerita. Kau bisa membuktikan itu dengan melihat kedua anaknya yang super duper seneng ngobrol. itulah yang diajarkannya, kata "heboh".

cerita kelima. wajahnya yang di atas rata-rata mengimbangi kekurangannya dalam hal tinggi.hhe. dia selalu mengikuti apa yang ibuku katakan. senyum ibuku juga sering terbentuk oleh ulahnya, yang kadang-kadang mengharukan. selalu, dia yang dibanggakan kala ibu bercerita. dialah, kawan yang membuatku mengerti bagaimana membuat ibu mengenal kata "bahagia".

cerita keenam. dia paling kreatif. paling pinter di mataku. apapun ilmu yang ia pelajari pasti ia berada di peringkat atas. ilmu dunia atau agama. tapi iseng merubah nama adalah hobinya, lihat saja. masa ibuku yang dipanggil mamah ia sebut "mambring", kakakku nomor dua ia panggil "kampring". ah, dia sungguh membuatku mengerti kekuatan sebuah "kata".

cerita ketujuh. dulu waktu SD aku sering menghampirinya meminta uang buat jajan, dan ia dengan senang hati memberikanku jajanan. ahh,, rindu saat-saat itu sebab sekarang ia sudah dewasa. kadang orang dewasa tidak mengerti keinginan anak kecil.hhe. dia adalah pelopor. yang berani melakukan sesuatu yang tidak biasa. ia selalu ingin terlihat berbeda. betul, itulah yang ia perkenalkan padaku, "beda".

cerita kedelapan. kakakku yang umurnya paling dekat denganku ini orangnya nekat. kalau ia berjanji melakukan sesuatu pasti akan ia lakukan. bagaimanapun caranya. dengarkan saja ceritanya tentang cintanya. sungguh luar biasa. tapi jangan berharap kau mendengar cerita itu langsung darinya, mulutnya agak irit bicara. inilah yang ia ajarkan, "misterius"

cerita kesepuluh. dulu dia patrnerku dalam hal pertengkaran.hhe. sekarang jadi sering kangen, pengen jalan-jalan. dia ini orang melankolis yang cuek. tapi kalo bikin kejutan paling hebat. dia rela menyisihkan uang jajan demi keluarga, jadi malu.. kelihatannya ia meniru aku,hhe ge-er. padahal sebenernya akulah yang kagum padanya. darinya aku tahu arti "pengorbanan".

cerita kesebelas. adikku yang ganteng. dari kecil keliatan sekali kalau dia orangnya rapih dan telaten. lemarinya rapih, tasnya rapih, pekerjaannya rapih. makannya, seringkali ia jadi tumbal di rumah. cuci piring, buang sampah, beliin ini-itu. kadang ia lakukan dengan senang hati, kadang ngedumel dulu, tergantung moodnya hari ini. adikku yang ganteng inilah yang mengajarkanku "kedisiplinan"

cerita ke dua belas. kau lihat? aku senyum-senyum sendiri mengingatnya. dia sangat lucu. bagaian apapun dari dirinya bisa membuatku tertawa. sering ku ejek ia sebab giginya. hehe. aduhh maaf ya adikku yang lucu.. ia berani dalam hal tetentu. senjata utamanya, seperti kebanyakan bungsu lainnya:menangis. dan tangisannya dapat mejangkau hingga rumah di ujung gangku. ia yang paling kecil dalam keluargaku, dan ialah yang memberikanku sebuah "keberanian"




Minggu, 29 April 2012

Nanti Saja Berjilbab

Nanti, katamu
jika tangan dan kaki tiada cela terlaku
atau mulut tiada menjejak sesuatu
sekarang pikir-pikir dulu

Tunggu sebentar, ucapmu
hatimu mau kau bersihkan sesuci nabi
pikirmu harus secemerlang ulama kini
tingkahmu tiada boleh tersalah meski sedikit

tak kah kau tau
seribu empat ratus tiga puluh tiga tahun lalu
mereka wanita sepertimu
beragam tingkahnya tak cuma satu
tak sempurna, kukatakan mereka sama manusia sepertimu!

namun, kala langit gemuruh
Lalu Sang Maha Kuasa berfirman lewat sang pesuruh
seketika wanita-wanita itu patuh
tak bertanya ini itu
tak berpikir mengapa, bagaimana atau kapan pada sang waktu
mereka patuh tiada keluh..

Inilah firman Tuhan itu..
“Katakanlah kepada wanita yang BERIMAN:
“Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan kemaluannya,
dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31)

tak kah kau tau
tiada abadi untukmu
kelak kau bertemu Sang Maha Tahu
dan ketika ditanya, "Mengapa kau biarkan terlepas hakmu?"
kau tergugu
keringat bercucur peluh
matahari di atas kepala jumlahnya tujuh
siapkah?

Ya Allah,, berikanlah kami cahayaMU.. aamiin.

Rabu, 25 April 2012

Tuhan Maha Esa

Sulit sekali menjelaskan tuhan secara sederhana, para filsuf yang kerjaannya mikir sekalipun masih bingung mendefinisikan tuhan, Apakah tuhan?, Adakah? Bagaimana? Kapan? Pertanyaan-pertanyan sederhana ini  muncul dan jawaban tumbuh subur, bukan karena mereka mengerti tapi karena mereka tidak sudi berkata “Aku tidak tahu”. Aib terbesar bagi seorang cendekia untuk mengatakanya. Untuk menyembunyikan ketidaktahuannya, mereka menjawab dengan jawaban yang lebih mirip teka-teki, ga dipahami, ngawur tapi kelihatan elegan. Kita yang lebih cinta keindahan daripada kebenaran mengangguk-nganguk pura-pura paham, seperti orang yang pura-pura mengerti lukisan abstrak yang ngawur agar dianggap “mengerti” seni. mereka selamat untuk sementara. 

Ah …sebenarnya kita tak perlu berat-berat berpikir, Tuhan itu maha esa, semua tahu itu, dari biksu botak di china sampai Atheis rusia, kalau mau mikir sedikit…sedikit saja. Pasti akan menemukan “jejak” tuhan di mana-mana. Dan jejak itu sayangnya hanya memiliki satu pola yang begitu jelas yaitu “kesempurnaan” ini hanya berarti satu hal yaitu “Tuhan itu esa”. Perhatikanlah burung terbang, betapa sempurna desain tubuh bagian luar dalamnya sehingga dia bisa terbang, ikan yang berenang di lautan memiliki pola yang paling sempurna untuk hidup dilaut, Manusia memiliki pola yang paling sempurna untuk menjadi “pemikir”, Tuhan tidak bermain-main, setiap sel tubuh kita diciptakan dengan keseimbangan luar biasa yang saking seimbangnya kita bisa pelajari sebagiannya, langit yang begitu luas, tak tanggung-tanggung memiliki berjuta-juta galaksi dan galaksi terkecil memiliki seratus miliyar bintang, matahari kita cuma satu dari bintang kecil di langit.

Jika kita “melihat” kita tahu Tuhan itu ada, lalu siapakah Dia? Tak perlu bingung lagi, Tuhan meciptakan begitu banyak “jejak” tentu supaya kita mengetahui Siapakah DIA. Karena Dia sendiri yang memberitahu kita melalui para utusannya, kita tinggal percaya beres. Lho Tapi agama-agama di dunia ini tidak sepakat mengenai “siapakah tuhan?”. Lihat saja Yahudi yang percaya tuhan punya turunan, Begitu juga Nasrani yang bilang ada tuhan Yesus+Bapa+ruh yang berada dalam satu kesatuan, (semacam kepribadian ganda mungkin) Hindu dan Budha lebih parah lagi “Tidak punya konsep ketuhanan”, ga jelas tuhan mereka siapa, tapi percaya “hyang widi” Tuhannya para tuhan. Lalu siapakah tuhan ?

Kalau benar Tuhan ada dan itu yang ada di pikiran orang yang tidak gila.. Dia pasti mampu untuk membuat kita semua mengenal-Nya dari sejak kita lahir, tetapi mengapakah Tuhan tidak melakukannya...,

Tuhan sebenarnya sudah melakukannya tapi bukan dengan cara yang mudah, coba kita pikirkan, kita, dan hanya kitalah yang diberikan otak, dengan otak ini kita bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, maka Tuhan memberikan kita otak ini lalu Tuhan memberi kita kesempatan untuk mencarinya dengannya.

Agama banyak, tetapi yang benar tentu hanya satu, tugas otak kitalah memilahnya, mereka yang berpikiran objektif akan menemukan yang satu iti.
Yah.. mungkin agak sulit menetralisir otak kita dari pengaruh doktrin yang telah sejak kecil ditanamkan di kepala kita, tapi untuk mencapai yang satu itu, sebagian kita harus mengakui kekeliruannya. Dan tidak bersikeras membela sesuatu yang benar-benar salah.

Rabu, 11 April 2012

Ngerokok?? Hmm.. Boleh Gak yaa....

Ngerokok?? Hmm....
Udah banyak banget  peringatan tentang bahaya merokok. Bahkan di bungkus rokoknya sendiri juga udah ditulis berbagai penyakit yang diakibatkan merokok. Tapi aneh bin ajaibnya, devisa negara  paling besar berasal dari penjuaan temabakau alias rokok tadi. Nah lho, pusing kagak tuh? Orang yang ngerokok itu kayak makan racun, tapi racunnya ini bikin negara kaya. Jadi... gimana sih hukumnya rokok? Yuk, kita bahas satu-satu..
Gara-gara rokok gak ada di zaman rasul, dalam menyikapi hukum rokok ini, ada beberapa pendapat:
1.        Boleh/mubah, karena tidak ada dalil yang dengan jelas mengharamkannya dan mereka menganggap rokok tidak berbahaya bagi kesehatan serta bukan termasuk muskir (perkara yang memabukkan) atau mukhoddir (merusak pikiran).
2.        Makruh, karena tidak ada dalil yang dengan jelas mengharamkannya, akan tetapi karena rokok menimbulkan bau yang tidak sedap baik dari asapnya maupun dari mulut mereka yang mengkonsumsinya, maka mereka menyamakanya dengan hukum mengkonsumsi bawang merah atau bawang putih mentah.
3.        Wajib, jika membahayakan jiwa ketika tidak merokok.
4.        Sunnah, jika dokter ahli yang dapat dipercaya merekomendasikannya sebagai obat bagi penyakitnya.
5.        Haram, dengan pertimbangan sebagai berikut :
a.    Para dokter telah sepakat bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan. Mereka yang mengkonsumsinya beresiko terjangkit penyakit kanker, jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Sedangkan ajaran islam telah memerintahkan pemeluknya untuk  meninggalkan segala yang membahayakan, sebagaimana firman Allah swt:
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (195)
“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (al-baqarah :195)

Dan juga hadits Rasulullah saw:
" لَا ضَرَرَ وَلَا ضَرَارَ ".
“ janganlah berbuat sesuatu yang membahayakan, dan jangan membalas dengan berbuat sesuatu yang membahayakan”
b.   Mengkonsumsi rokok juga bisa digolongkan sebagai tindakan isrof atau tabdzir (pemborosan) harta. Karena membelajaan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan berbahaya bagi kesehatan. Dan pemborosan termasuk hal yang diharamkan, sebagaimana firman Allah swt:

وَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27)

“ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.  Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”, (al-Isra’ : 26-27)

c.    Merokok dapat merubah mental dan watak pecandunya.

Nah, makin pusing ya? Oke, begini penjelasannya kawan...
Pendapat pertama, yang menyatakan bahwa merokok adalah mubah karena tidak membahayakan kesehatan. Para ahli medis telah menyanggah hal ini dan bersepakat  bahwa rokok sangat berbahaya bagi kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan kesehatan adalah haram menurut kesepakatan ulama’.
Pendapat kedua, yang menyatakan bahwa merokok adalah makruh karena tidak ada dalil tegas yang mengharamkannya. Inipun tersanggah dengan alasan di atas, karena semua yang membahayakan, maka hukumnya berubah menjadi haram. Bahkan wudhu’ yang wajib pun bisa menjadi haram jika orang yang berwudhu` memiliki penyakit yang berbahaya andai terkena air.
Pendapat ketiga, yang menyatakan bahwa merokok adalah wajib ketika membahayakan jiwa jika ditinggalkan. Ini bukanlah hukum asal (hukum yang berlaku dalam keadaan normal) akan tetapi hukum aridhi yang baru bisa berlaku ketika keadaan tersebut benar-benar terjadi, bukan dalam keadaan normal. Oleh karena itu, tidak bisa digunakan sebagai dalil kebolehan merokok, karena bahkan hukum memakan bangkai yang asalnya haram bisa menjadi wajib bagi mereka yang kelaparan dan tidak menemukan hal lain untuk mempertahankan hidupnya.
Pendapat keempat, yang menyatakkan kesunahan rokok jika dokter merekomendasikanya sebagai obat. Ini pun hukum aridhi yang tidak bisa djadikan landasan dalam keadaan normal, lagipula pada kenyataanya para ahli medis telah sepakat mengenai bahaya merokok.
Pendapat terakhir, yang menyatakan keharaman rokok. Pendapat ini yang paling tepat ditinjau dari segi dalil, Juga  lebih berhati-hati (ihtiyath). Pendapat ini juga sesuai dengan ruh islam yang menjadikan kesehatan sebagai nikmat yang teramat mahal yang perlu dijaga, serta melarang pemborosan (isrof) dan selalu menganjurkan untuk menyalurkan harta kepada hal-hal yang bermanfaat. Allah Swt. berfirman :
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (215)
“ Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (al-baqarah: 215).
Udah jelas kan? Hanya orang-orang jahil (bodoh) yang ketika diberi tahu sebuah kebenaran, namun menolaknya dengan alasan yang gak logis. Dan orang yang beriman, akan segera menghindar dari yang haram untuk mendapat yang halal. Golongan manakah kamu?

Selasa, 10 April 2012

Surat dari Mamah

Kawan, sudahkah kuceritakan padamu tentang Ibuku? Kurasa sudah banyak kuceritakan tentang beliau padamu, ya.. Tapi tak mengapa, aku ingin bercerita lagi padamu. Tak ku peduli kau senang atau bosan.

Baru saja kemarin aku mendapat surat dari Ibuku. isinya membuatku harus rela membiarkan mataku bengkak. aku menangis, apakah kau percaya? Mau tak mau kau harus percaya, karena air mata itu hangat membasahi pipiku. sekarang aku tahu darimana aku belajar berpuisi, tiada lain ibuku sendiri yang mendidikku. Dengan surat-suratnya, dengan diarynya, dengan tulisan-tulisannya. Dan hari saat aku menerima surat Ibuku, adalah hari yang mengharukan. Betapa besar harapnya pada seorang aku. Berkali-kali ia menyandangkan kata shaleha di belakang namaku. Menjadi shaleha, anak yang shaleha. Ringan terucap, berat terlaksana karena tak hanya lisan yang mengucap, pikir harus turut serta shaleha. Tangan, kaki, mata, hidung, mulut, telinga, perut, semua harus ikut shaleha. Maka surat itu benar-benar sindiran hebat. Bagiku yang jauh sekali dari kata shaleha, sungguh tikaman hebat!

Shaleha adalah kata lain dari wanita idaman. Baik di dunia maupun di akhirat. Karena orang paling jujur di dunia pernah menjamin bahwa wanita yang shaleha lebih baik, lebih indah, lebih berharga dari semua perhiasan di dunia, bahkan dari dunia itu sendiri. Beruntunglah orangtua yang memiliki anak shaleha, berbahagialah lelaki yang beristri shaleha, dan benar-benar abadilah wanita shaleha itu. Meski jasadnya telah hilang dari dunia, tapi perhiasan takwanya masih bersemayam di hati mereka yang hidup, di jejak jalan yang mereka lewati, di hembusan angin yang senantiasa bersirkulasi menuruti kemauan Illahi.

Aku tak banyak tahu tentang shaleha, hanya saja kalamNya mengalun sempurna di atas bumi, bahwa setelah patuh pada Illahi, orangtua adalah yang utama. Menngucap 'ah' adalah sebuah durhaka, bukan kepada orangtua, namun kepada Sang Pencipta karena sejatinya Dia lah yang menegaskan bahwa ridhaNya ada pada ridha orangtua. Murka orangtua pun berhubungan linier dengan murkaNya. Duh, shaleha.. berat menyandingmu.

Shaleha. Sudahkah?

Jumat, 30 Maret 2012

Dengan Puisi Aku Bermimpi

Kemarin waktu kuliah dasar-dasar hortikultura aku tidak mengantuk sama sekali! Wah, ternyata selama ini aku melewatkan banyak pengetahuan yang luar biasa! Tau kenapa aku tidak mengantuk? Bukan karena perutku sudah kenyang atau pikiranku tenang, bukan pula karena aku memperhatikan dosen dengan seksama. Aku punya satu cara yang sepertinya hanya diciptakan untukku. Aku berpuisi! Yap, dengan puisi kudengarkan dosen bernyanyi. Dengan puisi pula, aku belajar..
 inilah hasilnya, kawan... :D

buah atau sayur,
tomat itu buah
tomat juga sayur
disini semangka buah
di negeri samurai ia dianggap sayur
buah atau sayur,
keduanya akur

masalahnya hanya sekejap saja,
tujuh belas koma enam trilyun berpindah tangan
demi buah sayur kebun tetangga
sebab lidah-lidah telah mati
tak lagi mau cicipi kebun sendiri
tangan tak kuasa memetik
borgol tetangga keras mencekik

padahal sudah tujuh puluh varietas unggul tersebar di negeri ini
semangka, jambu, hingga pepaya tanpa biji
dari triploid rekayasa pemulia sejati
ahh,, tiba-tiba aku ingin menjadi pemulia
untuk menambah hati dalam diri pejabat tinggi
adakah pejabat unggul mampu tercipta?

Dapatkah kau bayangkan?
dari sebuah benih yang besarnya sepersepuluh kelingkingmu itu
mampu memenuhi perutmu yang sebesar itu
betapa kerdil pemikiran manusia yang diam!

Pisang Rajabulu
nomor satu di dunia
mengalahkan sang tanduk dan Thailand
bagaimanakah Rajabulu itu?
tinggi besar, satu koma enam meter lebih
lebih tinggi dariku
dan asalnya itu negeriku!


*haha,, aneh-aneh aja yahh hasilnya.. 

Kamis, 29 Maret 2012

Aku tentang BBM

tumben-tumbenan tadi pas ekonomi pertanian saya gak tidur, awesome!! ^o^p
dan inilah hasil kerja kerasku menahan kantuk.. :D

Aku tentang BBM

Dengar?
awak-awak kapal merapat
lampu dermaga telah terang tanpa karat
sudah selesai,
pelayaran telah usai..

Dengar?
pilot pesawat mendarat
jalan bandara tentram tanpa kata
habis,
penerbangan sudah tamat

Dengar?
supir angkutan berhenti lama
aspal jalanan telah usang
hanya satu dua suara kaki
lengang,
perjalanan terhenti, entah sampai kapan

Aku,
bukan awak kapal
atau pilot
atau supir
atau dirimu

aku adalah aku,
BBM naik atau tidak,
aku tetaplah aku
bersama perut busungku
bersama ribuan lalat
dalam rumah yang kau sebut..
             SAMPAH

Rabu, 14 Maret 2012

Bocah Sore hari

Menulis bagiku adalah pelarian. Pelarian atas ketidakpuasanku pada kehidupan. Pula atas rencana Tuhan yang tidak dapat kuterka hingga membuatku terkadang duduk diam, dan hanya jariku yang berlari meloncati huruf-huruf yang tersaji di atas papan ini. Lalu tersusunlah kata ini, kalimat ini, alinea ini, cerita ini. Begitulah cerita tentang ceritaku. Tak ada sesuatu istimewa, maka tak kusalahkan bila kau mencibir atau tak menyukai ceritaku hanya saja jangan jauhkan aku dari kata-kataku. Karena aku rindu.

Baiklah, akupun memang tidak produktif menulis. Tapi aku berusaha menbuat tanganku menari. Dan kini biarkan aku bercerita tentang dua bocah barusan yang kuajak bicara. Bocah yang sungguh bocah.  Aku tengah menulis ketika dua bocah itu mendekat. Wajahnya tak asing bagiku, itu wajah anak-anak yang pernah kutemui dulu, saat semangatku menggebu menyemarakkan masjid di Institutku ini. Saat itu, sungguh membuat pikiranku ingin kembali, tapi harap ini seakan mengharap hari ini berada di Jerman. Bisa tapi sulit, walau kata orang seharusnya kukatakan sulit tapi bisa, namun kenyataan sebaliknya. Aku bisa saja kembali bersama tawa canda mereka, tapi sulit kuatur waktuku sedemikian rupa. Begitulah, hari ini aku bisa saja ke Jerman, tapi sulit bukan.

Kembali pada dua bocah itu. Mereka basah. Ya, sore ini memang Bogor hujan, tapi anehnya mereka basah kuyup sedang di tangan mereka tergenggam payung besar. Kenapa bisa? Yap, kau benar kawan, payung besar yang mereka genggam itu bukanlah untuk memayungi mereka saat hari hujan seperti sekarang ini. Mereka menjajakan jasa luar biasa, memayungi orang lain, tentu berharap upah. Tapi setidaknya mereka lebih  baik dariku, rela berkorban untuk keselamatan dan kesehatan orang lain. Dan meskipun mereka dituntut menghasilkan dalam jasa ini, senyum mereka tetaplah sepolos senyum bocah pagi hari. Berlari dan bercanda di tengah kesibukan mencari orang yang kehujanan entah karena tidak atau lupa membawa payung. Ah, betapa aku malu.

Aku benar-benar malu. Belum bisa melakukan sesuatu yang berarti, bahkan terkadang egois. Dari sepenggal sore bersama mereka aku belajar banyak. 

Sabtu, 03 Maret 2012

Sebuah Dugaan

kangennnnnnnn!!!!! kawan, lama tak berceloteh membuat jari-jariku malu untuk mendaratkan katanya lagi, tapi ia sering mengintipmu, hanya sekedar tersenyum, lalu berbalik badan. Ah, aku malu untuk menulis, tapi ingin. Maka hari ini kutanggalkan malu-ku demi bersamamu, kawan. Dengarkan aku..

Semester 4. Tidak terasa sudah dua tahun menjejak Institut Pertanian Bogor, sudah punya adik tingkat dan sebentar lagi punya adik baru. Sungguh luar biasa sang waktu membawaku ke masa-masa yang begitu banyak warna ini. Allah, Maha Besar diriMu! Tidak ada yang kusesali atas waktu yang diberikan Allah padaku, hanya saja ada satu ganjalan dalam diriku. Sangat-sangat ingin kuceritakan padamu semenjak dulu. Ganjalan ini cukup menggangguku setiap aku ingin mulai serius menyantap hidangan dosen. Sebuah ganjalan bernama: rasa kantuk.

Yap, begitulah. Dosen sudah bersusah payah menjelaskan hal rumit agar menjadi sederhana. Tapi apakah kau tahu apa yang dilakukan seorang aku? tertidur! Sungguh, jika aku menjadi dosen kemudian melihat anak didikku tidur, sakit sekali hatiku, serasa diinjak-injak harga diriku, memangnya aku pendongeng sebelum tidur? Tapi pada kenyataannya aku bukan dosen, namun mahasiswa yang tidur. Dan sayangnya kebiasaanku itu tak kunjung lenyap. Bingung aku dibuatnya.

Orang bilang rasa kantuk karena tidur yang kurang efektif saat malam hari. Tapi kurasa tidak, aku tidur lima jam atau lebih, dan itu lebih dari cukup. Ada banyak orang yang tidur lebih sedikit dariku tapi ketika kuliah ia tidak tidur, jadi ku eliminasi alasan itu.

Ada juga yang berkata karena kelaparan. Ah, ini terbantahkan segera setelah kulakukan risetku sendiri. Baik sudah sarapan atau belum, sarapan sedikit atau banyak, mataku tetap tak mau kompromi saat dosen berceloteh selama dua tau tiga jam dalam kelas. Terpejam lama, lalu membuka setelah disikut teman sebelah.

Atau kamu kecapean ya? celoteh temanku. Hmm,, tidak, bukan ini alasannya. Aku memang capek, tapi sungguh ini bukan alasannya. Karena mau capek atau gak, rasa kantuk tetap menyerangku bertubi-tubi tanpa ampun. Kejamnya..

Lalu aku teringat kata-kata Ibuku. Kala itu aku tengah bermalas-malas berangkat mengaji. "Kenapa belum berangkat juga?" tanya Ibuku. Aku diam saja sambil ogah-ogahan ganti kostum ngaji.
"Syetan itu diemnya di banyak tempat lho. Di mata, biar kamu ngantuk kalau ada yang ceramah, atau di kaki biar berat buat ngaji. Hayo, mila ada syetannya tuh!" Kata Ibuku. Dan itu cukup membuat aku masa kecil bersegera mengaji. Demi membuktikan bahwa kakiku tidak 'bersyetan'.

Mungkin itu, syetan nongkrong di mataku? Hiyyy... Ya Allah, gak mauuuu!!!

Senin, 20 Februari 2012

Mencari Masalah

 "Menjadi Senior Resident itu mencari masalah."
Kurasa itu benar, dan baru sekarang aku tersadar. Menjadi Senior Resident itu benar-benar mencari masalah besar. Bayangkan saja, kau adalah seorang mahasiswa. Tujuan utamamu merantau ke kota orang adalah menuntut ilmu lalu pulang sebagai sarjana. Namun tersembul niatanmu menjadi Senior Resident, orang yang mau repot-repot mengurusi anak orang segitu banyak. Rela mengorbankan hari-harinya hanya untuk melayani orang lain. kadang kulihat mereka baru makan di malam hari, karena seharian tadi sibuk mengurusi kegiatan asrama. Seorang SR, dilihat dari segi manapun adalah masalah. Sudah cape-cape mikirin mahasiswa baru yang kadang rewel dan sangat menggemaskan, kau harus pula siap dicaci dalam bentuk apapun, baik tersembunyi maupun terang-terangan. Maka benarlah, menjadi SR itu mencari masalah.

lalu, mengapa kau masih mencari masalah?

...

karena aku ingin tahu bagaimana caranya menghadapi masalah, maka aku mencarinya...

Senin, 06 Februari 2012

Dakwah, Syurga, dan Neraka

Setiap melihat kerumunan orang membicarakan dakwah, aku selalu merasa kerdil. Selalu. Sebab jika kurunut kronologis kehidupanku, tak terlihat jejak-jejak dakwah itu. Selalu sibuk dilayani, bukannya melayani. Lebih banyak merepotkan dibanding direpotkan. Sering acuh dan tidak peduli. Aku sedih, sebab seperti ayahku bilang, hidup ini bukan hanya di dunia saja. Ada satu dimensi kekal abadi yang akan kita lalui, dan hanya ada dua kemungkinan tempat kita di dimensi itu. Syurga atau neraka. 

Syurga adalah tempat orang-orang shaleh. Sederhana sekali, bukan? Kau hanya perlu menjadi orang shaleh untuk memasukinya, sebab Sang Pencipta sudah berjanji, dan Ia tak pernah ingkar janji, "Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan dirinya dari hawa nafsu, maka sesungguhnya syurga itulah tempatnya." (QS. An-Naziat:40-41). 

Neraka adalah tempat yang menakutkan. Membayangkannya saja aku tak mau. Neraka, di tingkat manapun adalah tempat mengerikan. "Adapun orang yang kitabnya catatannya) diberikan dari belakangnya, maka ia akan menyeru: "Aduh celakalah aku", dan ia akan masuk api yang menyala (neraka)."

dan Dakwah.. ah, ini yang ingin kubicarakan.
"Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran." (QS. Al-'Asr:1-3).
Seungguhnya ia terbeban di pundak setiap muslim. Saling berpesan dengan kebenaran dan kesabaran, itulah dakwah. Namun pesan tidaklah mampu disampaikan tanpa adanya ilmu, jadilah dakwah itu terbeban menurut kadar ilmu yang kita miliki. Dan memang seharusnya begitu, dakwah harus beragam, tak mungkin sebuah raga hanya tersusun dari kepala saja, ia butuh tangan, kaki, dan seluruh organ tubuh. Ada yang berdakwah di tingkat negara, kampus, masyarakat, keluarga, atau yang lainnya. Dimanapun kita harus berdakwah, menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dengan apa yang kita mampu. “Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tak mampu, ubah dengan lidahnya. Jika tak mampu pula, dengan hatinya, inilah selemah- lemah iman.” (HR. Muslim)

Tapi, ingatlah, sebuah peran tidak menjamin ia dapat memasuki syurga sebab Rasul pernah bersabda, "Amal seseorang tidaklah menyebabkan ia memasuki syurga." , Sahabat yang keheranan dengan pernyataan Rasul Saw, bertanya "Bahkan dirimu juga ya Rasul?". Rasul menjawab, "Ya, bahkan diriku juga kecuali dengan rahmat Allah."

Itulah. Dakwah yang kita lakukan adalah upaya agar Allah merahmati kita, meridhai kita untuk bermukim di syurganya. Tidak yang lain.

Walllahu'alam.

Selasa, 31 Januari 2012

Kurelakan Lenovo Demi Sebuah Senyum

Aku di Bandung. Sudah dua minggu dan selama itu aku tidak menulis, sungguh hari-hari yang menyulitkan. Sengaja kuboyong si Lenovo ke rumah, berharap menulis sebanyak yang aku bisa ditemani kesejukan Bandung, tapi tahukah? Rencanaku gagal total, Lenovo diboikot habis-habisan oleh keluarga yang didalang Ibuku sendiri! oh, sungguh teganya.. Aku sudah tidak memasukkan games ke dalam tubuh Lenovo karena aku tahu, games penyebab keluargaku menyukainya dan merebutnya dariku. Tapi, tapi, tapi, aku sungguh tak tega, melihat wajah Ibu yang penuh harap, bertanya setiap hari, "Mil, gak ada chainz ya?" (chainz itu nama games dari pop cap). aku menjawab santai, "Belum di-instal, mah.". Namun, ah kau pun akan bertindak sama denganku bila melihat wajah ibuku, wajah polos yang mengharap hiburan di tengah kesibukannya mengurus rumah tangga. Wajah yang terlalu polos, hingga membuat hatiku terenyuh dan akhirnya... ku-instal lah games itu. seabrek. 

Begitulah, sehingga Lenovo berpaling, tidak bukan berpaling, ia dipalingkan. Ibu dan adik-adikku, merekalah yang menyentuhnya setiap hari. pagi sampai malam, dan aku benar-benar tak kuasa menghilangkan senyum-senyum itu. mereka terlalu indah untuk kuhapus dengan egoku. Maka, cukuplah senyum itu, senyum yang hanya dapat kulihat enam bulan sekali. tak lah kupedulikan tentang segala keinginanku lagi. senyum mereka lebih dari cukup untuk menggantinya.

tapi sebagai gantinya, beginilah.. aku harus ke warung internet alias warnet untuk mengenyangkan dahaga menulisku. menulis apa saja. apa saja yang kuinginkan. 

baiklah, baiklah, malam sudah menjelang, dan aku takut pulang malam sendirian. tidak, sebenarnya aku bukannya takut, tapi waspada. hhe. Maka cerita Lenovo kluakhiri dulu, malam ini aku harus menyentuhnya untuk sebuah tugas, semoga ia sedang tak disentuh siapapun.

Aku pulang, Lenovo.. :)

Minggu, 15 Januari 2012

Sepenggal Kisah Bogor dan Gurun

Dua hari kemarin hujan tidak mau pergi meninggalkan Bogor barang sedetikpun. Bangun di subuh hari sudah disambut hujan deras. Agak siangan, berubah menjadi gerimis, namun itu tidak lama, ia terus mencari kawannya hingga hujan deras turun lagi. lalu gerimis. Berhenti sesaat. Lalu deras. Seperti itu terus. Benar-benar baru aku tahu mengapa kota ini disebut sebagai Rain City alias kota hujan. Dan manusia, begitulah fitrahnya. Dulu ketika hujan jarang datang dan mentari dengan gagahnya nongkrong dengan garang, banyak yang mengeluhkan udara terlalu panas, gara-gara global warming nih, jadi males keluar, bla bla bla. Ketika hujan mengguyur bumi tak henti, tetaplah keluhan itu keluar. dingin, males mandi, males keluar, pengen tidur, gak punya payung, bla bla bla. 

Ahh, aku jadi ingat cerita tentang orang tua di sebuah gurun. Sebenarnya tiada hubungannya Bogor dan gurun ini, aku hanya ingin bercerita bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini, jika dipandang dari sisi lain, maka niscaya keluhan itu tidak akan keluar lagi. nah, maukah kau kuceritakan kisah orang tua arab ini, kawan?

Alkisah, di Arab sana, ada kakek tua yang dibuang ke gurun oleh anak-anaknya. Istrinya telah tiada sedangkan anak-anaknya tidak lagi punya waktu untuk mengurus kakek-kakek renta, mereka sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri dan tidak lagi peduli pada ayahnya itu. Maka jadilah pria ini hidup sebatang kara, di tengah oase gurun. Dia menganggap hidupnya tidak berguna selama 80 tahun ini. Ia merasa sia-sia menjalani hidup. 

Suatu hari segerombolan karavan melintas di puing-puing oase yang mengering. mereka tiba persis saat arab tua itu mati di rumah kecil dan buruknya. Karavan itu tak peduli, meneruskan perjalanan setelah mengisi penuh tempat-tempat air. Hanya satu yang peduli. Orang itu berbaik hati menguburkan Arab tua tersebut. 

Dan tahukah kawan? Ternyata hanya orang baik itu yang selamat atas pembantaian Suku Badui, kawanan bandit yang menguasai gurun. Karavan yang telah pergi itu ternyata binasa, tiada yang tersisa. Orang baik yang menguburkan jasad Arab tua itu baru berangkat keesokan harinya dan menemukan bangkai dan sisa-sisa pertempuran mereka saat meneruskan perjalanan. 

Baru lima generasi kemudian, kawan. Baru lima generasi kemudian Arab tua ini mendapat jawaban atas kemanfaatan hidupnya. bahwa tiada yang sia-sia ciptaan Allah di dunia ini. Lima generasi kemudian, dari orang baik itu lahirlah ke bumi seorang manusia pilihan. Manusia pilihan yang orang-orang kelak menyebutnya al-amin..

Apa yang terjdi kawan, bila Arab tua itu tidak meninggal hari itu? Atau orang itu tidak peduli pada jasad Arab tua?  Apa yang terjadi dengan generasi kelima keturunannya jika Arab tua itu tidak menyesali diri di Oase. Bagaimana dengan nasib pembawa risalah itu. Itulah sebab-akibat kehidupannya. Yang sayangnya tidak ia ketahui hingga maut menjempunnya.

Begitulah aku memaknai hujan di kota Bogor, kawan. Di tengah rintik gerimis, hujan badai, siang yang membakar, pagi yang dingin, cuaca yang tak bersahabat, dan beragam kondisi yang membuat lisan tak sengaja mengeluh, mestilah  Allah menyimpan banyak sekali penjelasan yang mengagumkan. Di hujan yang tiada henti misalnya, aku jadi kehabisan kaus kaki. Hal ini membuatku, mau tak mau harus membeli kaus kaki baru untuk menjalani hari esok, sebab belum sempat mencuci kaus kaki lama. Aku membelinya pada seorang pria yang mungkin saja sangat membutuhkan uang untuk memberi makan keluarganya yang belum makan selama seminggu ini atau biaya untuk menebus rumah sakit dimana adiknya dirawat, atau apapun itu, aku turut andil dalam hal itu. Bukankah luar biasa? Hanya sebab aku membeli kaus kaki saja, hanya sebab hujan yang tak henti. Maka berhentilah mengeluhkan hal-hal yang memang tidak bisa diubah lagi, dan berbuat baiklah!
*Kisah ini kuambil dari sepenggal hikmah dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu. dan kisah Arab tua ini fiktif, namun mungkin saja kan yang serupa terjadi? Tidak ada yang tidak mungkin, kawan.

Kamis, 12 Januari 2012

Tragedi Semut Al-Iffah


Aku belajar banyak dari semut. Kemarin, saat aku belajar di lantai 2 pondok Al-Iffah, aku membunuh 4 ekor nyamuk. Karena bangga, kukumpulkan nyamuk-nyamuk itu dalam satu tempat, aku melirik nyamuk itu dengan senyum kemenangan. Kau berhasil kukalahkan! begitulah kira-kira isi hatiku. Lalu kulanjutkan belajarku yang tadi diusik nyamuk, selesai satu bab aku tergoda untuk melirik nyamuk itu, sekedar ingin memastikan bahwa ia benar-benar mati dan tak akan hidup lagi. Tapi tahukah apa yang kulihat?

Banyak semut.
Tiba-tiba saja semut hitam kecil dalam jumlah puluhan sudah mengerubungi nyamuk yang terkulai tak berdaya. aku bertanya-tanya, darimana mereka tahu ada pembunuhan disini? Mengapa mereka bisa tiba-tiba datang? Ahh,, kuperhatikan saja semut itu sebentar, mereka cerewet sekali menurutku. Tiap berpapasan dengan yang lain pasti diam sesaat, berbicara ini itu, kepala beradu kepala, lalu berjalan lagi tergesa. Mereka terbagi empat kelompok, sesuai jumlah nyamuk yang kubunuh. Entah apa yang mereka rundingkan, intinya nyamuk itu akan mereka bawa ke tempat persembunyian mereka. Dan nyamuk itu terangkut, mereka berjalan mengikuti semut lain di depannya. Sedang asyik melihat kesibukan para semut, tiba-tiba teman sekosanku lewat: Dug! langkahnya tepat di atas semut yang sibuk itu.

"Ah, Kamu nginjek semut.." Kataku.
"Oh iya? Maaf, maaf" katanya. Walaupun aku tidak tahu dia minta maaf sama siapa, semut-semut yang menghadapi sakaratul maut sebab injakannya atau padaku yang sedang khusyuk mengamati semut?

Dan pasukan semut pun berputar-putar, yang satu memberi kabar pada yang lain, mungkin kabar yang mereka bawa: ada yang terbunuh, pasukan kita diserang, segera angkut prajurit yang syahid dan selamatkan yang terluka! Mungkin begitu, sebab tiba-tiba pasukan itu terbagi lagi tugasnya. Semut yang gepeng karena diinjak itu diangkut oleh sekelompok semut dan nyamuk yang tadi menjadi target mereka, diserahkan pada beberapa semut perkasa, bahkan kulihat ada satu semut yang bisa mengangkut bangkai nyamuk itu sendirian! Subhanallah..

Malam sudah larut, tapi semut itu masih saja bekerja, menuntaskan misi mereka membawa bangkai nyamuk ke sarang dan kali ini ditambah agenda lain, menyemayamkan prajurit yang syahid di tempat yang layak.

Itulah kawan, kisahku yang menuai banyak hikmah, setidaknya menurutku. Selain keluarbiasaan kemampuan semut di berbagai sisi yang membuat logika harus mengakui adanya Pencipta luar biasa di balik ini semua, aku mendapatkan kesimpulan. Bahwa semut mengajarkan hidup berjamaah. Mereka tidak sendiri-sendiri. Ketika mempunyai misi, mereka membagi tugas, ada sang penunjuk jalan, ada sang cerewet yang koar-koar mulu, ada yang mengangkut nyamuk, ada yang bersiaga. Semua mempunyai tugas. Dan sekecil apapun terlihatnya tugas tersebut, mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh, tak kulihat ada satupun yang mengelak dari tugas itu. Bahkan mereka berlomba menjadi yang terbaik dengan tugas yang mereka berikan. Tak ada iri dengki. Apakah kau perhatikan saat saudara mereka terbunuh? Mereka semua bersedih, sangat terlihat jelas dari kegaduhan yang timbul, tapi lalu mereka bertindak cepat. Beberapa semut megambil alih tugas yang terbunuh, yang lain segera melakukan penyelamatan.

Allahu Akbar! Betapa Luar biasa Sang Pencipta. Dari si kecil semut pun aku belajar banyak.