Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Sabtu, 29 Agustus 2015

Wajahku juga kotor, Suamiku..

Dengerin kisah ini tadi malem pas ceramah ustadz taufiq, kalau inget jadi senyum-senyum sendiri. ;)

Suatu sat, Rasulullah saw sedang duduk santai dengan dua istrinya, Sayyidah Aisyah dan Sayyidah Ummu Salamah. Lalu Sayyidah Aisyah berinisiatif membawa dua mangkuk bubur kesukaan Rasulullah saw. Rasul memakan bubur dengan lahapnya, sedangkan Ummu Salamah tidak mau memakan itu.

"Ayolah, Ummu Salamah.. makan bubur ini sekidit saja." Ujar Sayyidah Aisyah.

Ummu Salamah menolak dengan tangannya, "Tidak, aku tidak suka, Aisyah." katanya..

"Kau tidak boleh menolak, ummu Salamah." Aisyah memaksanya sambil menyuapkan sesendok bubur.

Ummu Salamah menutup rapat mulutnya, sebab ia memang tidak suka bubur itu. Akibatnya suapan dari Aisyah membuat wajah Ummu Salamah belepotan.

Melihat itu, Rasul segera membawa sebuah lap lalu mengusap wajah istrinya, Ummu Salamah yang kotor sebab perilaku Aisyah sambil berkata, "Jangan seperti itu, Aisyah."

Hati Aisyah geram,ia cemburu melihat suaminya bermesraan  dengan Ummu Salamah di depan matanya sendiri!!Akhirnya Aisyah melumuri wajahnya sendiri dengan bubur lalu mengadu pada Rasulullah saw,

"Ya Rasul, wajahku juga kotor. Tolong lap juga!" Kata Aisyah manja.

Rasulullah saw tersenyum melihat kelakuan Aisyah lalu mengelap wajah Aisyah.



Sabtu, 22 Agustus 2015

WC Umum yang Gagal

Suatu hari, pemerintah suatu kota hendak mengadakan pembangunan untuk kota yang lebih maju. Mereka mencari lahan-lahan kosong dan mengubahnya menjadi fasilitas publik seperti mall, rumah sakit, atau bahkan WC umum. Bagus memang, tapi sayangnya pemerintah tak pernah memperdulikan opini rakyatnya. Yang menurut mereka baik, mereka akan laksankan meski harus melawan rakyatnya.

Nah, si Pemerintah ini berencana mengubah pemakaman umum menjadi WC umum!! Bayangkan apa reaksi warga yang kakek neneknya dikubur disitu! Dan terjadilah demo besar-besaran. Masa membawa spanduk bertuliskan berbagai macam protes dan permohonan.
Hasil gambar untuk Wc umum
WC Umum 
mulai dari yang lembut..
Buatlah WC umum di tempat lain..

atau yang bernada permohonan,
Perhatikanlah tengkorak kakek nenek kami!

sampai yang bernada kasar,
Pemerintah tak tahu adab! Kuburan bukan tempat berakmu!

Si pemerintah  pura-pura tuli. Mereka membawa polisi se-abreg untuk memastikan pembangunan mereka lancar dan aman dari amukan warga.

Warga berteriak histeris. Menangis sangat dalam.
"Mbah, maafkan saya..." Tangis seorang Ibu dari luar pagar pembatas. Kakeknya yang dikubur berpuluh tahun lalu harus rela dikeruk oleh mesin besar yang berdiri angkuh di tengah pemakaman.

"Nenek...."

"Anakku...."

Berbagai rintihan dianggap angin lalu oleh si pemerintah. Mesin besar itu sudah dinyalakan dan menunggu perintah untuk mengeduk pemakaman umum ini.

dan ketika mesin itu akan mengeruk tanah, terdengar teriakan yang menghentikan segala aktifitas,

"HEI! MAUAPA KALIAN?!!" Pria itu berdiri gagah di depan pagar pembatas. Polisi dan Satpol PP yang tadi menghalangi warga masuk, kini membukakan jalan lebar-lebar bagi pria itu. Pria itu masuk ke pemakaman umum. Sang mesin raksasa ketakutan dan hanya terpaku melihat pria itu.

"Mau apa kalian?? Apa kalian mau tengkorak-tengkorak ini disimpan di rumah kalian?!"  si Pemerintah menundukkan kepala, begitu pun seluruh antek-anteknya.

"Cukup! Hentikan pembangunan ini!" Ucap pria itu  lagi.

Seketika seluruh jajaran polisi itu membubarkan diri! Luar biasa!!Bahkan si pemerintah daritadi sudah kencing di celana sangking takutnya! 

Akhirnya pemakaman itu tetap menjadi pemakaman umum. Dan para jasad yang dikubur bisa bernapas lega sebab mereka tak jadi digusur.

Cerita ini kudengar tadi pagi. Ini kisah nyata lho, luar biasa, bukan? Seorang pria bisa mengalahkan seperangkat pemerintah dan antek-anteknya!!! Pria itu memang bukan pria biasa. Dia dapat disegani oleh banyak orang karena cintanya pada ilmu agama. Sangking cintanya, dia tak mau sedikitpun ilmu agama ia selisihi. Apa yang benar ia dukung sekuat tenaga. Apa yang salah, ia akan halangi dengan seluruh kemampuannya. Dan hasilnya, Allah lah yang menjadi tangan dan kakinya...

Subhanallah...



Kamis, 20 Agustus 2015

Hati yang Hilang

Aku tengah bersedih, kawan.
Sebab sesuatu yang hilang tanpa salam perpisahan
hal yang disebut perasaan

apa yang kulakukan bukan yang ku ingin
apa yang ku ingin bukan yang ku pikir
apa yang ku pikir bukan yang kurasa
apa yang kurasa bukan yang kualami

Kawan,betapa luar biasa sedihku
hingga tawa adalah tangisku
senyum adalah murungku
bahkan gerak gembira adalah dukaku

Kawan, mengapa kau hanya diam mendengarkan
mengapa tak ucap satu pun kata hiburan
atau senyum untuk sedikit melegakan
mengapa kau hanya  seperti tiang di pinggir jalan?


jikalau begitu maumu, kawan
saat aku hilang jangan salahkan
kala darah menjadi tangisan, biarkan
bahkan jika babak belur hatiku, jangan hiraukan

Biar!
biar rasa itu hilang
pergi jauh sampai tak terkenang
BIAR!!

Senin, 17 Agustus 2015

Oase malam hari

SMP Islam AL-Azhar. Ingat nama ini baik-baik, kawan. Kelak nama ini akan sering kau dengar dimanapun kau berada, bahkan saat kau tak lagi di Indonesia. haha, sangat berlebihan ya? Tak apalah, impian boleh setinggi langit, bukan?

Kini, sekolah ini memang baru memasuki tahun kedua. Masih dalam masa pertumbuhan. Kalau manusia sih, masih mencoba untuk berdiri sendiri. Yap, begitulah  kami hari ini. Jangan, jangan pernah kau bayangkan sekolah ini seperti sekolah-sekolah lainnya. Bangunannya saja masih setengah jadi.

Lihat saja, ruang kelas saja baru dua. Untuk kelas VII dan kelas VIII. Kamar tidurnya hanya satu, untuk semua murid. Makannya, ada juga yang tidur di mushala sekolah. Salut benar aku dengan mereka. Datang jauh-jauh ke sekolah ini demi mendapat ilmu dunia dan akhirat dengan fasilitas seadanya!! Luar biasa sekali.

Nah, ada yang membuat hatiku takjub hari  ini. Yaitu perkataan seorang wali murid sekolah kami. Dia datang jauh-jauh dari Palu demi menyekolahkan anaknya disini, dan kau tahu apa alasannya memilih sekolah ini saat kutanya padanya?

"Aku ingin anakku selamat..tak peduli jika fasilitas sekolah belum mumpuni."


Subhanallah! Begitulah.. Ada rasa bangga, ada juga khawatir. Bangga sebab ia mempercayai kami sebagai perantara untuk 'menyelamatkan'. Namun juga khawatir: Bisakah??


Kawan, zaman sekarang sedikit sekali orangtua yang berpikiran seperti ini. Umumnya, yang pertama mereka tanyakan untuk kelangsungan pendidikan anaknya adalah,

"Peringkat berapa sekolahnya?"
"Apa fasilitasnya?"
"Adakah  lab ini? lab itu? bla bla bla..."

Jarang sekali yang bertanya,
"Apakah agamanya benar?"

Dan hasilnya?? Banyak pemuda-pemudi yang tak tahu agama, bahkan  tersesat sejauh-jauhnya. Na'udzubillahi min dzalika.

Kawan, kuberi saran padamu sebelum kau memiliki anak. atau bahkan untukmu yang telah memiliki anak, tolong.. tolong perhatikan agama anak kita.

Bukan sains yang akan mempercepat jalannya di shirat kelak
Bukan pula bahasa inggris yang bisa  membantunya menjawab tanya Munkar dan  Nakir
Sungguh bukan juga matematika yang dapat menambah timbangan mizannya
Bukan itu, kawan..

Hanya agama yang baik,
yang diridhai Allah..
yang dapat menyelamatkannya,
dan juga menyelamatkan kita...

Masihkah kau ragu, kawan??

Jumat, 14 Agustus 2015

Begini Ibu Ajarkan Aku Cinta

Kawan, boleh aku bercerita padamu tentang... cinta??

Rasanya sudah lama sekali aku merasakan perasaan yang begitu menggebu ketika nama seseorang tersebut. Atau salah tingkah saat orang itu lewat, malah kadang cari-cari perhatian agar dia tahu bahwa "Aku ada!". Haha, benar-benar lucu dan membuat kangen. Bahkan aku pernah ikut-ikutan acara yang aku sama sekali tidak suka demi bertemu dia. Memang aneh, tapi begitulah cinta anak remaja..

Kini, setelah umurku lebih dari dua puluh, rasa itu muncul lagi. Tapi hanya tersembul sedikit karena malu. Bisa dibilang tidak terlihat malah. Ia  hanya diam-diam berbisik pada sang hati, 'diakah jawaban bagimu?' Lalu aku menggeleng kuat. Tentu rasa ini tak boleh ada. Bukan karena haram. Tentu boleh untuk menyukai atau mengagumi seseorang, tidak ada larangan untuk itu. Aku hanya takut harapan ini tertancap terlalu tinggi, hingga kalau jatuh sakitnya akan sangat perih. Dan pasti lama untuk menghapusnya.

Dari pengalaman hidup ibuku aku belajar bahwa cinta itu begitu sederhana. Apakah kau tahu bagaimana kisah cinta ibuku?? Aku selalu iri kalau mengingat kisah ini. Ingin rasanya aku merasakan cinta sederhana tapi begitu agung ini. Kau penasaran, kawan? 

Baiklah, ini kisah cinta Ibuku yang begitu suci...

Ibuku bukan anak yatim walaupun dalam sebagian besar hidupnya, beliau hanya berdua bersama Ibunya (yang adalah almarhumah nenekku). Ibuku hanyalah korban ketidak harmonisan keluarga. Tapi Ibuku tak pernah mengeluh. Bahkan dalam buku harian Ibuku, awal dari catatannya ia selalu berucap "Alhamdulillah..". Malah ketika pompa di rumah rusak Ibuku menulis seperti ini,

"Alhamdulillah, hari ini pompa rusak tapi masih ada Sulhan yang nimba dari sumur."

Merinding aku membacanya, bahkan musibah pun, beliau selalu mensyukuri dan mengambil hikmahnya!! Luar biasa, kurasa Ibuku bisa mengalahkan Syahrini dalam berkata "Alhamdulillah ya..". hehe.

Oke, kembali ke pokok bahasan. Nah, waktu itu Ibuku tengah bermalam di rumah teman dari nenekku di wilayah Cirebon. Karena kemandiriannya, Ibuku sudah terbiasa bangun pagi, membersihkan rumah, dan mencuci semua baju pemilik rumah. Karena alasan ini pula, tema nenekku suka kalau Ibu menginap, hitung-hitung hemat pembantu.

Singkat cerita, Pagi itu pun Ibu mencuci baju-baju pemilik rumah. Kebetulan hari itu anak lelaki sang pemilik rumah baru datang dari Bandung dengan sekoper baju kotor!! Anaknya memang pulang ke rumah sebulan sekali hanya untuk mencuci baju kotor. Jadilah Ibu mencuci seabrek baju!

Ibu membawa semua baju itu ke sungai untuk dicuci. Tak disangka, tak dinyana. Anak lelaki pemilik rumah itu melihat Ibuku! Dia sungguh keheranan, seorang wanita cantikkah yang mencuci bajunya?? Akhirnya, ia mendekati Ibuku.

"Emm..namamu siapa?" Tanpa basa-basi pemuda itu bertanya pada Ibuku.

Ibuku yang sedang mencuci terus mengucek baju yang sudah bersih sebab hatinya berdebar tak keruan. Anak pemilik rumah mengajaknya bicara! Sungguh suatu kehormatan baginya. Tapi mengapa lidahnya kelu?? Mengapa ia tak bisa berkata apa-apa di depan pemuda tampan ini?

"Kalau tak salah, Nung ya?" Pemuda itu bertanya lagi. Nung memang nama panggilan Ibuku.

Ibuku hanya mengangguk. Sungguh suaranya yang merdu hilang begitu saja di hadapan sang pemuda!

Pemuda itu terus mengajak bicara Ibu yang wajahnya kemerahan. Dua orang berbeda kasta itu memiliki perasaan yang sama di hati mereka. Cinta...

Setelah kejadian ini, Ibu tidak pernah berharap pada sang pemuda, sebab kasta mereka memang berbeda.  Tapi tahukah, kawan apa akhir kisah ini?

Akhirnya adalah, gara-gara merelah aku sekarang ada. Ya, pemuda itu adalah ayahku... :)

Ibuku atau Ayahku tak pernah mengungkapkan cinta. Bahkan sampai mereka menikah pun, aku tak pernah mendengar pengungkapan cinta itu. Tapi cinta mereka begitu sederhana. Cinta dengan hati yang tulus..

Sabtu, 08 Agustus 2015

Pundak yang Berat

Sekarang kota ini benar-benar menjadi kota tempatku hidup. Pasuruan namanya,ya disinilah aku akhirnya berdiam diri untuk waktu yang cukup lama. Sudah lebih dari tiga tahun aku disini, entah sampai kapan. Mungkin sampai sang pangeran yang entah darimana menjemputku? hehe. Atau jangan-jangan pangeranku berasal dari kota ini? (lho, kok malah ngomongin ini ya. -_-''')

oke, kembali ke topik yang ingin kubahas. Akhirnya aku mendapat amanah yang menurutku sangat besar. MENJADI GURU. Diantara semua profesi di dunia ini, kupikir guru adalah profesi tersulit. Ingat kan cerita tentang siapa yang pertama masuk syurga? Bahwa kelak di depan syurga ada empat golongan yang berebut untuk masuk syurga terlebih dahulu, yaitu seorang mujahid yang syahid di medan perang, haji yang mabrur, orang kaya yang dermawan, dan seorang ulama yang mengajarkan ilmunya.

untuk meredam perdebatan itu, akhirnya malaikat penjaga syurga berkata pada sang syahid:

"Mengapa kau harus masuk syurga terlebih dahulu?"

dengan percaya diri, sang syahid menjawab: "Tentu saja karena Allah-lah yang menjanjikannya."

"Darimana kau tahu?" Tanya lagi sang malaikat.

"Dari Ulama yang mengajariku." Jawabsang syahid.

"Apakah kau tak tahu adab? Bukankah seharusnya kau membiarkan ulama masuk syurga terlebih dahulu sebab ia adalah gurumu?" Malaikat membantahnya.

Sang syahid mundur karena malu. Benar juga, ulama itu lebih berhak masuk syurga terlebih dahulu,pikirnya.

Pun yang terjadi pada haji dan dermawan itu, mereka mundur membiarkan Ulama masuk syurga terlebih dahulu  sebab memang sang haji tahu bahwa haji yang mabrur itu masuk syurga karena ilmu yang diajarkan ulama, begitupula sang dermawan. Ia tahu bahwa kedermawanan dapat membawanya ke syurga berkat ilmu sang ulama.

Tapi... kisahnya belum selesai, apa kau tahu apa yang dikatakan sang ulama?
"Aku tak bisa belajar tanpa uang sang dermawan. dan ilmuku tak berguna tanpa syahid dan haji yang mengamalkan. maka biarkanlah mereka masuk syurga terlebih dahulu."

SUBHANALLAH!!

Itu baru guru yang sebenarnya! Dia, yang mengantarkan murid-muridnya ke syurga. Dia, yang mampu membuat murid-muridnya beramal dengan ilmu yang diajarkannya. Bukan sekedar memberi teori lalu mendapat gaji. Bukan sekedar itu, kawan.

Ahh... Dan kini aku menyandang profesi itu. Berat benar pundakku terasa. Aku bisa membentuk mereka semauku. Apakah bisa aku membuat mereka masuk syurga? Tinggi benar harapku..

Semoga, ya semoga saja. 

Saya Wanita Bercadar

Awal mula saya memilih untuk bercadar adalah hari itu, saat seorang ustadzah dari Tarim, Hadramaut memberikan tausyiahnya di pondok saya. Mungkin karena memang beliau berdakwah dengan hati, maka kata-katanya langsung menusuk, menghujam, menohok hati saya!! 

"Jika kamu membeli baju di sebuah toko, baju mana yang kamu pilih, yang ada di samping jalan tanpa pembungkus plastik atau yang dibungkus plastik dengan anggun??"

Itu salah satu pengandaian beliau tentang wanita bercadar. Segera setelah itu, hati saya berkata, ''Apa lagi yang kamu tunggu, Kamila?!"  Dan tiba-tiba: TARAA!!!! Berubahlah saya menjadi wanita bercadar.

Awalnya saya benar-benar senang, karena ternyata yang berpikiran seperti saya itu ada banyak.Tapi setelah saya mulai menjauhi tanah Pasuruan.... saya benar-benar merasa sendiri. Saya tidak akan berbohong dengan mengatakan bercadar tidak menghalangi apapun. Cadar saya banyak memberikan halangan, apalagi kalau lagi jalan-jalan sama teman-teman,

Pertama, sulitnya shalat wanita bercadar di luar rumah. Tak banyak tempat-tempat umum yang menyediakan mushala terpisah antara wanita dan pria. Iya sih, kadang ada hijabnya, tetapi pendek sekali. Coba bayangkan, saya harus memakai cadar ketika berdiri, rukuk, itidal kemudian membukanya saat sujud agar kening saya menempel ke tempat sujud.  Cukup merepotkan.

Kedua, sulitnya makan di luar rumah. Kadang teman-teman mengajak saya makan di luar, dan saya harus mencari tempat di sudut, agar saya bisa makan dari sisi yang  tertutup tembok. Saya tidak bisa melihat makanan saya, jadi kadang jatuh atau terkena cadar sehingga menjadi kotor.

Ketiga, ejekan mulai dari yang halus sampai kasar. Awalnya hati saya sangat sakit saat ada yang bilang "Ada ninja lewat!" atau "TErRORIS!" atau tatapan aneh mereka melihat saya. Tapi lama-lama saya tak lagi begitu peduli sangking banyaknya
Hasil gambar untuk cadar
tidak semua yang bercadar itu teroris!


Dan banyak lagi hambatan lainnya...

Ini bukan berarti saya menyesal memakai cadar. TIDAK. Saya katakan bercadar itu memang sulit, jika dijalani bukan karena hati. Tapi dengan hati yang ikhlas, bercadar menjadi sangat menenangkan dan menyenangkan. Saya bahkan bisa makan lebih banyak karena tak ada yang tahu. hahaha.

Bahkan saya menyesal mengapa tak saya kenakan cadar sedari dulu, agar yang tahu wajah saya hanya suami saya seorang saja. Sangat spesial, bukan?  ;)

Yah, walaupun saya sadar bahwa akan banyak cobaan menghadang saya agar tak lagi bercadar, saya sangat berharap semoga Allah tetap menjadikan saya salah satu pengikut Sayyidah Fatimah yang bisa melewati Shirath dengan mudah. Aamiin. 

Jumat, 07 Agustus 2015

Prajurit seorang diri

siluet senja tak lagi terlihat
hanya ada siang dengan panas yang sangat
membuatku bermandikan keringat
melunturkan semangat

kawan, apakah langit sedang marah?
atau ia menantangku untuk menyerah?

TIDAK!
kukatakan padamu, kawan
meski langit tak lagi berawan
atau senja tak lagi berkawan
aku tidak akan menyerah tanpa harapan

aku, akan menjadi prajurit sejati
meski tak ada yang menemani
meski harus sendiri!

saksikan kawan!
tak ada tangis manja lagi!