Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Selasa, 16 Oktober 2018

Ketika pecinta Rasul saw bermaksiat

Apakah pecinta Rasul saw bisa maksiat?
Hmmm...
Ada kisah menarik tentang ini, yang mau baca silahkan.. ❤❤❤

Namanya Tsa'labah bin Abdurrahman. Ia masih kecil. Umurnya belasan tahun saja. Tetapi cintanya yang besar pada Rasul saw membuatnya rela menyerahkan dirinya untuk Rasul saw. Ya, ia termasuk anak2 yang berkhidmat pada Rasul saw.

Tsa'labah selalu tidur di bagian masjid nabi saw yang jika ia bangun dapat dengan langsung melihat wajah Baginda saw. Ia ingin yang pertama dilihat matanya saat bangun adalah wajah Rasul saw...
Betapa besar cinta Tsa'labah hingga ia tak pernah mengingkari perintah Nabi saw.

Jika diberi perintah oleh Rasul saw ia selalu tergesa2 dan kembali dengan cepat. Para shahabat bertanya,
"Ya Tsa'labah mengapa kau terburu-buru seperti itu?"

Dengan senyum riang khas anak kecil ia menjawab,"Aku tak sabar melihat wajah Rasulullah saw"

Maka ia terkenal sebagai pemuda riang yang wajahnya selalu dihiasi senyum. Apalagi setelah berjumpa Rasul saw, maka ianya semakin terlihat senang.

Suatu hari Rasulullah saw memberi tugas kepadanya, dan seperti biasanya dengan segera ia pergi melaksanakan tugas itu. Kali ini ia harus berjalan ke kota Madinah.

Kota Madinah zaman dahulu bangunannya tak semegah hari ini. Bahkan beberapa rumah pintunya hanyalah pelepah kurma. Sungguh sangat sederhana.

Ketika Tsa'labah melewati gang2 kota Madinah, angin berhembus kencang sehingga pintu pelepah kurma itu tersingkap dan menimbulkan suara yang berisik.

Refleks, Tsa'labah menengok ke sumber suara, dilihatnya pintu sebuah rumah tersingkap dan di dalamnya seorang gadis (maaf) tengah mandi. Ia pun segera memalingkan mukanya. Sungguh ia tak sengaja melihatnya, itu pun hanya sekilas. Sebenarnya bukanlah dosa baginya.

Tetapi pemuda yang hatinya penuh dengan cinta pada Rasul saw ini langsung ketakutan. Wajahnya berubah pucat.

*duhai mata kau tak layak lagi melihat Rasul saw!!*
Teriak hatinya...
Ia takut dan malu untuk kembali pada Rasul saw. Ia putuskan untuk pergi. Entah kemana kakinya melangkah. Ia hanya tak ingin Rasul saw mengetahui hal yang dianggap dosa besar baginya.

Sementara itu, Rasul saw yang menunggu Tsa'labah tak menemuinya di masjid. Maka bertanyalah Rasul saw pada shahabat:
"Apakah ada Tsa'labah?"
Shahabat menjawab:
"Tidak ada ya Rasul!"

Setiap selesai shalat Rasul saw menanyakan perihal Tsa'labah. Dan jawabannya selalu sama: tidak ada.
Setelah lima waktu shalat tak ditemui Tsa'labah, Rasulullah saw berkata pada Umar ra dan Salman ra:
"Pergilah kalian diantara dua bukit itu dan bawalah Tsa'labah padaku!"

Umar dan Salman ra segera melaksanakan perintah Rasul saw. Ketika sampai di tempat yang ditunjukkan Rasul saw, tak ditemui seorang pun disana. Mereka memutuskan menunggu sebab Rasul saw pasti berkata benar. Tak lama kemudian..

Tak lama kemudian ada segerombolan domba datang dan di belakang mereka penggembalanya. Mereka putuskan bertanya pada sang penggembala
"Pak, apakah bapak tahu seorang anak di sekitar sini?"

"Banyak anak disini. Tolong sebutkan cirinya." Kata sang penggembala

"Dia anak belasan tahun, jika berjalan tergesa-gesa. Wajahnya riang dan selalu tersenyum." Sy Umar menjelaskan.

"Hmm.. ada anak yang jalannya tergesa tetapi dia sangat cengeng. Dia mudah sekali menangis." Jawab sang penggembala.

Meski ragu, sy umar dan salman memilih untuk mencari tahu pemuda yang dimaksud penggembala, "dimanakah kami bisa menemukan dia Pak?" Tanya shahabat.

"Kalian tunggulah disini. Setiap petang ia akan kesini lalu meminum susu yang kuberikan lalu kembali ke atas bukit. Tetapi bersembunyilah kalian sebab ia akan lari jika bertemu orang lain." Perintah sang penggembala.

Mereka menuruti ucapan penggembala, sambil bersembunyi mereka mengamati sekitar.
Dan ternyata benar, ada seorang pemuda yang turun. Badannya kuruss sekali. Wajahnya sangat muram. Ia berjalan smbil menangis. Ia meminum susu dari penggembala. Saat diperhatikan, shahabat yakin itulah Tsa'labah!

"Ya Tsa'labah bin Abdurrahman!" Panggil sy Umar.

Pemuda itu menoleh, tanda bahwa memang dialah Tsa'labah!

Sy Umar dan Salman segera menangkapnya sebelum Tsa'labah pergi.
"Biarkan aku pergi!" Ucap Tsa'labah.
"Ya Tsa'labah, apa yang terjadi denganmu? Rasul mencarimu!" Kata sy Umar.
"Rasul mencariku? Apakah turun wahyu yang mengatakan bahwa aku tak diampuni?" Tsa'labah semakin takut. Ia menangis kuat.
"Tidak wahai Tsa'labah, Rasul ingin berjumpa denganmu.." jawab shahabat.
"Tidak.. tidak.. sungguh mata ini tak layak melihat Rasul!" Tsa'labah terus menangis.

Meski meronta, namun Tsa'labah tak lagi punya kekuatan untuk melawan shahabat. Ia dinaikkan paksa ke atas kendaraan untuk dibawa pulang ke Madinah. Sepanjang perjalanan ia hanya menangis dan menangis sehingga tubuhnya semakin lemas bahkan tak mampu lagi berdiri.
Melihat kondisi fisik Tsa'labah yang lemah, shahabat memutuskan untuk memulangkannya ke rumah ibunya terlebih dahulu. Lalu mereka pun menghadap Rasul saw.
"Mana Tsa'labah?" Tanya Rasul saw pada shahabat yang datang tanpa Tsa'labah.
"Ia di rumah ibunya wahai Rasul. Dia sakit. Apakah kami harus membopongnya kemari?" Tanya shahabat.

"Tidak. Bahkan aku yang lebih wajib mendatanginya. Aku akan pergi ke rumah Tsa'labah." Jawab Rasul saw

Rasul saw pun pergi ke rumah Tsa'labah. Tentu saja keluarga Tsa'labah mempersilahkan Rasul saw masuk dengan senang hati.

Namun, Tsa'labah sama sekali tak berani melihat Rasul saw..

Hatinya penuh ketakutan. Ia hanya terbaring lemas di pembaringannya tanpa menoleh pada Rasul saw.
Rasul saw duduk di samping Tsa'labah lalu mengangkat kepala Tsa'labah dan diletakkannya di paha Rasul saw.

Tsa'labah menolak, ia turunkan kepalanya dari paha mulia Rasul saw. Namun Rasul terus mengangkat lagi kepala Tsa'labah ke pahanya sambil berkata,
"Ya Tsa'labah.. apa yang terjadi padamu?"

"Duhai Rasul, tak lah aku pantas berbaring di pahamu. Aku sungguh hina ya Rasul. Mata ini tak pantas melihatmu. Aku berdosa..." jawab Tsa'labah sambil menangis.

"Tenanglah dan ceritakan kisahmu wahai Tsa'labah." Rasul saw berkata lembut.

Tsa'labah pun menceritakan kisahnya. Ia bercerita sambil kepalanya berbaring di paha Rasulullah saw!! (Betapa beruntungnya engkau duhai Tsa'labah!)

"Tenanglah. Dan pandanglah aku. Engkau sama sekali tidak hina." Ucap Rasul saw.

Tsa'labah yang memang rindu melihat Rasul saw, kemudian memandang Rasul saw sambil bertanya,
"Apakah Allah mengampuniku duhai Rasul?"
"Tentu saja ya Tsa'labah." Jawaban Rasul saw membuat Tsa'labah tenang dan mampu tersenyum kembali.

Tak lama kemudian Tsa'labah berkata:

"Ya Rasul, aku merasa ada yang merayap antara tulang dan dagingku."

"Itulah sakaratul maut wahai Tsa'labah." Jawab Rasul saw.
"Ikutilah ucapanku ya Tsa'labah..
اشهد ان لا اله الا الله.. و اشهد ان محمد رسول الله..."
Tsa'labah mengikuti ucapan Rasul saw dengan tenang.. lalu paha Rasul saw terasa semakin berat dan tak lama kemudian tak ada lagi suara yang keluar dari mulut Tsa'labah. Ia pergi menghadap Allah di bawah pangkuan Rasul saw!!

Bahkan Tsa'labah dituntun langsung oleh Rasul saw saat mengucap syahadat terakhirnya! Tidak.. ia tak sama sekali merasakan sakit sebab kekasihnya yang menemaninya di ujung hayatnya. Sungguh kenikmatan bersama Rasul saw telah membuatnya lupa sakitnya sakaratul maut...

Lalu setelah meninggal, Rasul saw sendiri yang memandikannya. Beliau saw jg yang mengkafaninya, Bahkan turut membawanya ke liang kubur!!! Masya Allah.. Duhai Tsa'labah.. betapa beruntungnya dirimu! 😭😭😭

Ketika dalam perjalanan menuju kubur, Rasul berjalan dengan berjinjit. Padahal jalanan masih luas, shahabat pun bertanya:
"Ya Rasul mengapa kau berjalan seperti itu?"

"Sungguh para Malaikat berdesakan turun dari langit untuk mengantarkan jasad Tsa'labah. Sehingga jalanan ini penuh dengan malaikat." Jawab Rasul saw.

Itulah akhir hidup sang pecinta Rasul saw...

Tidak mungkin pecinta Rasul saw menikmati maksiat. Sebab hatinya penuh dengan kerinduan pada Rasul saw. Dan apakah pantas bertemu Rasul saw sedangkan diri berlumur maksiat??
نستغفر الله....
Ya Allah... cintakan kami pada Rasulmu sebenr2 cinta yang membuat kami malu bermaksiat pada Mu..
Hadirkan Rasul saw ketika sakarat kami ya Allah..
Hadirkan Rasul saw ketika malaikat menanyai kami ya Allah..  dengan begitu tenanglah hati kami.. nikmatlah akhir hidup kami.. 🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻😭😭😭😭😭😭