Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Senin, 18 Maret 2024

Pesantren (bagian 1)

Seandainya saat itu aku tak terlalu egois. Andai saat itu kau jelaskan semuanya padaku. Andai saat itu mulutku yang berteriak. Andai saat itu kita kembali menjalani hidup seperti biasanya. Andai kau tidak bertemu lelaki sok suci itu. Tentu semua ini tak akan terjadi, teman...

Mataku tak kuasa menahan tangis. Air mataku jatuh ke layar telepon genggam yang tengah menampilkan berita pagi ini:

Seorang Santri Tewas Dirundung Kakak Kelasnya

 Seorang santri di sebuah pondok pesantren berinisial KML ditemukan tewas di kamarnya dalam keadaan babak belur. Belum diketahui penyebab pasti kematian santri tersebut, namun disinyalir hal itu disebabkan oleh pukulan dengan benda berat yang dilakukan kakak kelasnya. 

Kepolisian resort wilayah Kota Malang masih menyelidiki.....

Ah, Kamal!!!

"Kamal!!!" Kuteriakkan namamu, berharap masa dapat kembali pada saat itu, delapan tahun yang lalu...

---

 "Apa kau masih temanku?" Pemuda itu menunduk dalam, tak berani menatapku. 

"...." Aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Teman?  Apakah teman adalah tempat mengeluh saja? Kemana dia saat aku terpuruk? Siapa yang dia hampiri saat ia mendapatkan kebahagiaan? Apakah baginya teman adalah seseorang yang bermanfaat untuknya saja?

"Kau.. marah?" Masih suara dari pemuda berkaos hitam. Dia menarik napas dalam-dalam. Ia beranikan diri untuk menatapku. "Aku mengerti perasaanmu. Baiklah anggap aku tak pernah mengatakannya padamu. Kalau begitu, selamat tinggal, temanku.." 

Kamal!!!!!! Kamal!!!!

Aku berteriak. Tapi pemuda berkaos hitam itu tetap berjalan tanpa peduli teriakanku. Ah, tentu saja ia tak bisa mendengarnya, bukan mulutku yang berteriak, tapi hatiku. 

Bayangannya kian lama kian mengecil, lalu menghilang. Senja di kursi taman kota menjadi saksi percakapanku dengan Kamal. Percakapan yang ternyata tak pernah bisa dilanjutkan lagi selamanya. 



Senin, 04 Maret 2024

Syed Muhammad, bintang ke enamku

Tanggal enam belas

Di bulan pertama dari yang dua belas

Wajah mungilmu mengawali hari 

Saat semua terlelap dalam mimpi

Kala gemintang menampakkan diri


Kurasakan perihnya pengorbanan ibu sejati

Ketika kau tak sabar dan menendang tiada henti

Dengan tubuh kecilmu yang keluar bersama tangismu diiringi


Muhammad,

Namamu telah ditetapkan sejak dalam kandungan

Sebab dalam mimpi kau temui aku sebagai harapan

Kau muncul dengan jelas bersama nama persis Sang Nabi impian


Nak, namamu penuh kebanggaan

Sebab itulah nama orang yang paling kucinta tersimpan

Orang mulia sebagai utusan

Yang dengannya seluruh umat manusia terselamatkan

Kau wajib bangga dan senang, Nak..

Namamu sama seperti kekasih Tuhan 


Namamu pula seperti nama orang yang kini dalam hatiku bersemayam

Orang yang kucinta dalam ikatan suci tanpa noda yang terekam

Itulah nama ayahmu, Nak


Bintangku yang ke enam,

Terimakasih telah hadir dan menambahkan sinar di rumahku..