Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Sabtu, 16 Maret 2019

Bukan puisi, hanya cerita hidup ibu-ibu

Jariku sudah tak lagi mengenal puisi dan prosa. Ia sudah lebih sering bersentuhan dengan 'kotoran'. Coba bayangkan,

Bangun tidur, biasanya kunikmati bersama fajar, secangkir teh hangat, perlahan kuteguk.. ditemani biskuit rasa coklat.

Kini, harus kuawali dengan menemani putri2 cilik nan menggemaskan itu ke kamar mandi, membersihkan najis.

Biasanya jariku beraksi saat suasana tenang, lalu ianya mulai membentuk kata menjadi kalimat padu.

Kini, satu2nya suasana tenang ialah saat anak2 tidur. Namun, lagi2 jariku harus bersentuhan dengan kotoran. Baju-baju bayi yang penuh dengan najis harus kucuci. Kalau ditunda, entahlah berapa gunung yang akan terbentuk.

Lalu malam hari, biasa kututup dengan membaca beberapa buku favorit, agar tetap mampu merangkai kata. Atau baca kitab sufi, untuk menyadarkan hati.

Kini, ada 3 anak yg meminta perhatian. Ketika condong pada yang satu, yang lain membuat suara bising, agar ianya didengar. Jadilah drama malam hari penuh tangis. Nomor 1, nomor 2, kadang nomor 3 pun turut.

Masya Allah...
Ini baru 3 lho.
Teringat aku pada ibuku, sosok yang kurindu.
12 anak amanahnya
Duhai, sulit aku menjelaskan padamu
Betapa luar biasanya ibuku

Yah, cukuplah anak2nya sebagai bukti,
Ia ibu terbaik zaman ini.

Jumat, 08 Februari 2019

Benarkah kita umat Rasulullah saw?

Suatu masa di padang Masyar

Ketika Rasul saw selesai mencari umatnya untuk diberi syafaat dan rombongan Rasul saw tengah berjalan menuju syurga, ada sekelompok orang berteriak:

"Ya Rasul, tunggu kami.. "

Rasul saw sama sekali tidak menoleh.

"Ya Rasul, tunggu kami.. kami umatmu!" Mereka berteriak lagi.

Mendengar ada umatnya disebut, Rasul saw bergegas menemui mereka. Namun Rasul saw terlihat keheranan,

"Apa bukti kalian adalah umatku?" Tanya Rasul saw.

"Kami menghadiri majelis itu.. kami ikut menyebutmu dengan lisan kami.. kami.. bla bla bla.." mereka memberikan banyak alasan yang baik.

Namun Rasul saw menggeleng..
"Tidak.. tidak.. kalian bukan umatku. Mungkin lisan dan raga kalian menyebutku, tapi hati kalian kosong dariku. Kalian mengadakan majelis hanga ingin dikenal oleh manusia. Hanya ingin harta. Tidak.. kalian bukan umatku."

Rasul saw bersama rombongannya meninggalkan kelompok itu.
Kelompok yang ditinggal itu pun menangis dan menyesal hingga menggigiti jari-jarinya hingga habis. Lalu jari itu tumbuh lagi, mereka gigiti lagi sampai habis begitu seterusnya..

Wahai para pengaku pecinta Rasul saw! Kelak dimanakah tempat kita.. bersama rombongan Rasul saw kah (aamiin)?
Atau kelompok yang hanya lisannya berucap cinta tapi hatinya jauhhh dari cinta (na'udzu billahi min dzalik)?

Mari kita koreksi diri masing2..
Yang paling ringan.. sudah berapa shalawatmu hari ini?