Pesan untuk Wanita
Jangan kau bangun dinding yang terlampau tinggi,
hingga angin pun enggan menyapa pintumu.
Independensi itu indah, tapi jangan kau jadikan belati,
menusuk setiap hati yang ingin mendekatimu.
Standarmu menjulang seperti puncak menara,
tapi ingatlah, tak semua pria bersayap untuk terbang ke sana.
Bahkan yang kau sebut sempurna, yang kau damba dalam doa,
tak ingin mendaki jika kau hanya melihatnya dari atas sana.
Dan waktu pun berbisik perlahan,
usia bergulir, lembut tapi pasti.
Saat kau lelah berdiri sendiri, kau turunkan mahkotamu,
tapi adakah yang masih menunggu?
---Reply ---
Pesan untuk Pria
Sebenarnya dinding itu tak perlu kau pandangi,
Kau hanya perlu mencari pintunya saja,
Lalu buatlah kunci..
Hanya saja jangan kau tertipu rupa sang pintu..
Atau menyerah dan membuka pintu apapun yang termudah..
Bahkan mendobrak paksa hingga pemilik pintu menerimamu dengan ngeri..
Kau perlu tahu, wahai yang disebut pria muka bumi,
Kau perlu tahu dengan apa di balik pintu itu terisi
Apakah isinya hanya sampah yang akhirnya kau merugi,
Atau perabotan mahal yang membuatmu rendah diri,
Atau mungkin ternyata isinya dijual bebas saat kau pergi.
Kau harus tahu itu,
Sebab selalu hanya ada satu pintu,
Yang isinya membuatmu bahagia sepanjang waktu..
Memandangnya saja membuat senyummu tak bisa berhenti terbentuk,
Dan sang pemilik menjaganya meski kau tengah mengembara jauh..
Pintu itu,
Yang arsiteknya merencanakan sepenuh hati,
Interior di balik pintu itu hanya khusus untuk pembuka kunci,
Dan perabotannya akan selalu membuatmu bangga diri.
Kunci pintu itu tak pernah sulit hingga harus kau cari di gunung tertinggi,
Tidak pula harus samudera kau sebrangi,
Bahkan dinding tinggi itu tak perlu kau daki,
Kau hanya perlu membuat kuncinya,
Sama persis seperti aslinya,
Dia dibuat dari Kalam Ilahi tanpa cela..
---BukanOrangSempurna
---Reply ---
Pesan untuk Wanita (Lagi)
Pintu, katamu, cukup dicari kuncinya,
tapi bagaimana jika pemiliknya tak ingin membukanya?
Haruskah pria terus mengetuk,
sampai tangan letih dan harapan mengelupas?
Tidak semua pria memaksa masuk,
tidak semua pria menyerah begitu saja.
Ada yang datang membawa kunci,
namun pintu itu terlalu sibuk memilih,
menakar siapa yang pantas diberi izin.
Dan ketika akhirnya pintu mulai terbuka,
karena waktu berbisik bahwa kesendirian tak selamanya indah,
apakah pria yang datang pertama masih menunggu?
Ataukah ia telah pergi,
menemukan pintu lain yang tak ragu menyambutnya?
Bukan tentang siapa yang terbaik,
bukan pula tentang siapa yang lebih selektif,
tapi tentang kesiapan membuka hati,
tanpa menunggu usia memaksamu melunak.
Karena tak semua pria mencari pintu termudah,
tak semua pria takut pada perabotan mahal,
dan tak semua pria ingin masuk ke rumah yang terbuka untuk siapa saja.
Pria sejati tak hanya membawa kunci,
tapi juga hati yang siap menjaga.
Dan wanita sejati,
akan tahu kapan harus berhenti menakar,
dan mulai menerima yang benar-benar pantas.
— Ali Robiansyah
---Reply ---
Pesan untuk Pria (lagi)
Makannya, ku katakan padamu,
Hanya ada satu pintu yang layak kau tuju..
Ketika pemilik pintu mengacuhkanmu,
Padahal kau susah payah membuat kunci,
Itu bukan pintu yang layak bagimu,
Mengapa harus kau tunggu?
Aku hanya berpesan,
Untukmu yang mengaku pria sejati,
Karena terkadang kau tak bersiap,
Tergesa memilih pintu tanpa kunci,
Yang siapapun boleh masuk tanpa permisi
Atau karena terbuai dengan indahnya cat pintu warna warni,
Hingga isinya kau tak peduli
Bahkan mereka yang bergelar pria itu,
Terkadang bersusah payah membuat kunci,
Dan ia benar memilih pintu terbaik,
Namun setelahnya ia tak peduli.
Hanya duduk santai minta dilayani..
Kuharap kau bukan mereka..
Jika kau benar pria sejati,
Tentu takdir tak akan sudi
Kau di samping pemilik pintu yang tak ber-hati..
Jika kau benar pria sejati,
Tentu tak akan pernah rela,
Pemilik pintu harus menderita atas nama cinta,
Jika benar,
Ya, jika benar kau pria sejati,
Sungguh beruntung pintu yang kau buka dengan hati!
---BukanOrangSempurna
---Reply ---
Pesan untuk Wanita (Terakhir?)
Aku tak pernah memaksa pintu untuk terbuka,
sebab aku tahu, ada yang tak layak kuketuk lebih lama.
Pintu yang tak menoleh pada kunci yang kubuat dengan doa,
adalah pertanda, ia bukan tempatku berlabuh.
Namun, tahukah kau?
Tak semua pria ingin sekadar duduk dan dilayani,
sebagian datang membawa pondasi,
membangun, bukan sekadar menempati.
Dan jika pria terkadang memilih pintu yang salah,
bukankah wanita pun seringkali keliru?
Memasang harga terlalu tinggi,
atau menjual diri tanpa harga sama sekali.
Aku setuju, pria sejati tak akan membuat pemilik pintu tersiksa,
tapi wanita sejati pun tak akan membiarkan pintunya terbuka untuk siapa saja.
Jika aku pria sejati, maka kau pun harus jadi wanita sejati.
Bukan yang menunggu hingga waktu memudarkan seleksi,
tapi yang tahu kapan harus memilih,
tanpa perlu menunggu usia menuntut kompromi.
Sebab dalam dunia ini,
pintu dan kunci tak hanya tentang saling mencari,
tapi tentang kesadaran kapan harus membuka,
dan kapan harus berhenti menolak.
— Ali Robiansyah
---Reply ---
Pesan untuk Pria (Terakhir juga?)
Ya, aku mengerti,
Kepada siapa kau rangkai puisi,
Namun agar tak timpang neraca ini,
Ku suarakan pula suara hati wanita sejati..
Kami selalu menutup rapat pintu kami,
Bukan jual mahal,
Namun demi menepati janji dengan Tuhan,
Sebab hanya yang mampu membuka pintu kami saja yang boleh bersentuhan.
Kami bukan pemilik pintu itu,
Yang menyiakan mereka yang membawa kunci sesuai aturan.
Jadi pesan ini berlaku untuk mereka..
Pria yang memilih pintu terbuka
Agar bisa keluar masuk sesukanya,
Pesan ini untuk mereka,
Yang hanya berusaha memilih pintu terbaik untuknya,
Bukan untuk generasi setelahnya..
Pesan ini untuk mereka,
Pria tanpa selera,
Yang menyiakan mutiara di depan mata..
Ya, bukan untukmu..
Pria sejati yang seharusnya pemilik pintu terbaik..
Semoga,
Itu tidak hanya satu..
---BukanOrangSempurna
---Reply ---
Pesan untuk Wanita (Benar-benar Terakhir?)
Aku mengerti suaramu,
tentang pintu yang dijaga dengan janji,
tentang kunci yang hanya dibuat dari keikhlasan sejati.
Dan aku setuju, bukan harga yang dipasang tinggi,
tetapi kehormatan yang tak bisa dibeli.
Namun, izinkan aku berbicara pula,
bukan untuk menangkis,
bukan untuk membantah,
tapi untuk menyeimbangkan neraca kita.
Kami pun tak mencari pintu terbuka,
sebab yang terlalu mudah dimasuki,
seringkali tak layak ditempati.
Kami pun tak hanya mencari yang terbaik untuk hari ini,
tapi juga rumah bagi generasi nanti.
Bukan hanya pria yang harus bijak memilih,
wanita pun harus tahu kapan berhenti menimbang,
sebelum waktu mengikis pilihan.
Karena yang sejati, baik pria maupun wanita,
bukan yang hanya menunggu pintu terbaik terbuka,
tapi yang berani membuka dengan hati,
untuk seseorang yang benar-benar siap tinggal selamanya.
Maka semoga,
baik pria maupun wanita,
tak lagi saling beradu kata,
tapi mulai saling menjaga,
agar tak hanya satu yang sejati,
tapi dua, yang bersama selamanya.
— Ali Robiansyah
---Reply ---
Aku hanya ingin menjawab,
Sambil menatap langit yang mulai sembab,
Sebab dunia semakin gelap,
Kujawab di malam terkabul do'a,
Lima belas hari menuju bulan mulia,
Ketika Tuhan menetapkan takdir kita,
Semua semoga terbaik yang tertulis,
Ataupun yang terbesit dalam lintasan hati,
Semoga Tuhan kabulkan,
Sehingga lahir generasi sejati, dari dua yang sejati
Di malam nisyfu syaban yang mulia,
---BukanOrangSempurna