Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Minggu, 15 Januari 2012

Sepenggal Kisah Bogor dan Gurun

Dua hari kemarin hujan tidak mau pergi meninggalkan Bogor barang sedetikpun. Bangun di subuh hari sudah disambut hujan deras. Agak siangan, berubah menjadi gerimis, namun itu tidak lama, ia terus mencari kawannya hingga hujan deras turun lagi. lalu gerimis. Berhenti sesaat. Lalu deras. Seperti itu terus. Benar-benar baru aku tahu mengapa kota ini disebut sebagai Rain City alias kota hujan. Dan manusia, begitulah fitrahnya. Dulu ketika hujan jarang datang dan mentari dengan gagahnya nongkrong dengan garang, banyak yang mengeluhkan udara terlalu panas, gara-gara global warming nih, jadi males keluar, bla bla bla. Ketika hujan mengguyur bumi tak henti, tetaplah keluhan itu keluar. dingin, males mandi, males keluar, pengen tidur, gak punya payung, bla bla bla. 

Ahh, aku jadi ingat cerita tentang orang tua di sebuah gurun. Sebenarnya tiada hubungannya Bogor dan gurun ini, aku hanya ingin bercerita bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini, jika dipandang dari sisi lain, maka niscaya keluhan itu tidak akan keluar lagi. nah, maukah kau kuceritakan kisah orang tua arab ini, kawan?

Alkisah, di Arab sana, ada kakek tua yang dibuang ke gurun oleh anak-anaknya. Istrinya telah tiada sedangkan anak-anaknya tidak lagi punya waktu untuk mengurus kakek-kakek renta, mereka sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri dan tidak lagi peduli pada ayahnya itu. Maka jadilah pria ini hidup sebatang kara, di tengah oase gurun. Dia menganggap hidupnya tidak berguna selama 80 tahun ini. Ia merasa sia-sia menjalani hidup. 

Suatu hari segerombolan karavan melintas di puing-puing oase yang mengering. mereka tiba persis saat arab tua itu mati di rumah kecil dan buruknya. Karavan itu tak peduli, meneruskan perjalanan setelah mengisi penuh tempat-tempat air. Hanya satu yang peduli. Orang itu berbaik hati menguburkan Arab tua tersebut. 

Dan tahukah kawan? Ternyata hanya orang baik itu yang selamat atas pembantaian Suku Badui, kawanan bandit yang menguasai gurun. Karavan yang telah pergi itu ternyata binasa, tiada yang tersisa. Orang baik yang menguburkan jasad Arab tua itu baru berangkat keesokan harinya dan menemukan bangkai dan sisa-sisa pertempuran mereka saat meneruskan perjalanan. 

Baru lima generasi kemudian, kawan. Baru lima generasi kemudian Arab tua ini mendapat jawaban atas kemanfaatan hidupnya. bahwa tiada yang sia-sia ciptaan Allah di dunia ini. Lima generasi kemudian, dari orang baik itu lahirlah ke bumi seorang manusia pilihan. Manusia pilihan yang orang-orang kelak menyebutnya al-amin..

Apa yang terjdi kawan, bila Arab tua itu tidak meninggal hari itu? Atau orang itu tidak peduli pada jasad Arab tua?  Apa yang terjadi dengan generasi kelima keturunannya jika Arab tua itu tidak menyesali diri di Oase. Bagaimana dengan nasib pembawa risalah itu. Itulah sebab-akibat kehidupannya. Yang sayangnya tidak ia ketahui hingga maut menjempunnya.

Begitulah aku memaknai hujan di kota Bogor, kawan. Di tengah rintik gerimis, hujan badai, siang yang membakar, pagi yang dingin, cuaca yang tak bersahabat, dan beragam kondisi yang membuat lisan tak sengaja mengeluh, mestilah  Allah menyimpan banyak sekali penjelasan yang mengagumkan. Di hujan yang tiada henti misalnya, aku jadi kehabisan kaus kaki. Hal ini membuatku, mau tak mau harus membeli kaus kaki baru untuk menjalani hari esok, sebab belum sempat mencuci kaus kaki lama. Aku membelinya pada seorang pria yang mungkin saja sangat membutuhkan uang untuk memberi makan keluarganya yang belum makan selama seminggu ini atau biaya untuk menebus rumah sakit dimana adiknya dirawat, atau apapun itu, aku turut andil dalam hal itu. Bukankah luar biasa? Hanya sebab aku membeli kaus kaki saja, hanya sebab hujan yang tak henti. Maka berhentilah mengeluhkan hal-hal yang memang tidak bisa diubah lagi, dan berbuat baiklah!
*Kisah ini kuambil dari sepenggal hikmah dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu. dan kisah Arab tua ini fiktif, namun mungkin saja kan yang serupa terjadi? Tidak ada yang tidak mungkin, kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar