Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Jumat, 11 September 2015

Cinta Kakak Nomor Enam

Zaman sekarang kayaknya kalau gak pacaran gak afdhol yah. Masa saya yang udah pake hijab masih juga ditanya sama ibu-ibu tetangga:

"Pacarnya mana?"

saya jawab dengan senyum aja, daripada harus ngeluarin dalil ini itu kan jadi ribet urusannya. Dipikir-pikir harusnya saya bersyukur karena ibu-ibu tanyanya begitu bukannya nanya,

"Kapan nikah?"

kan artinya wajah saya masih wajah remaja yang biasanya pacar-pacaran tuh. Bukan wajah ibu-ibu  yang pantas nikah (maaf kalau ada yang tersinggung. hehe)

Oke, back to the point. Nah, Sebelum nikah, pacaran sudah jelas-jelas terlarang. Mau pacaran biasa ataupun islami sama aja. GAK BOLEH. Titik, gak pake koma. Terserah lah mau pake dalil ta'arufan atau tunangan, yang jelas dua orang yang berlawanan jenis dan bukan mahrom dilarang menyepi. Orang-orang yang gak mau disalahin berarti mencari pembenaran, bukan kebenaran.

Nah, yang mau saya sorot disini adalah tentang kakak saya (lho, kok tiba-tiba ganti topik??). Hehe, tenang saja, kawan  ini masih topik yang sama kok.

Kakak saya nomor enam itu istimewa. Semenjak remaja, dia paling suka sama buku. Pokoknya kalau sudah berduaan  sama buku kagak bisa diganggu dah. Sepanjang pengetahuan saya, dia tidak pernah mengenal wanita.

Dan Allah membawanya menuju dunia pesantren yang membuatnya semakin menutup diri dari wanita. Dia tak pernah berbicara dengan siapapun tentang wanita, tidak seperti kakak-kakakku yang lain. Bahkan kakakku yang sangat pendiam saja punya cerita tentang wanita. Tapi dia, setahuku, tidak pernah menyinggung itu.

Setelah lulus dari pesantren, pemilik pesantren (biasa dipanggil Ustadz) menawarkan kakakku menikah.Wah! Luar biasa kaget keluargaku! Kakakku yang cupu dan lugu mau menikah?? benar-benar kabar yang tak terduga!

tibalah hari itu, Ustadz menjemput kakakku menuju rumah sang calon istri. Ohya, kakakku memakai kacamata sebab kegemarannya membaca buku. Nah, pada hari pertemuan dengan si dia, kacamata kakakku rusak! Jadi dia pergi tanpa kacamata. dan apalah arti  matanya tanpa kacamata??

Akhirnya yang terjadi adalah...

Mamah saya: "Bib,  gimana perempuannya?"

Kakak saya: "Baik, Mah."

Mamah saya: "Cantik?"

Kakak saya: "Gak tau mah, gak keliatan. Kacamata saya rusak."

Dan gara-gara kacamata rusaklah,kakakku tidak jadi menikahinya. Tapi Ustadz gak putus asa, akhirnya memperkenalkan kakakku lagi dengan muridnya yang lain.

Yang terjadi adalah...

Mamah saya: "Bib, gimana?  cantik?"

Kakak saya: "gak tau mah, kacamata saya belum selesai diperbaiki."

waduh! Mamahku cuman senyum-senyum aja ngeliat tingkahnya. Mau gimana lagi? Jodoh kakakku belum datang sebab kacamatanya juga belum  datang dari optik. haha.

Nah, ini nih.. tiba-tiba kakakku dengan kacamatanya yang sudah diperbaiki iu dibawa ke rumah seorang pria gagah yang memiliki anak perempuan yang...ah, pokoknya akhir adegan itu adalah..

Mamah saya: "Bib, gimana?"

Kakak saya: (menunduk malu, mukanya merah) "Cantik mah.."

Itulah pertama kali kakakku melihat seorang wanita dengan jelas. Dan wanita yang dilihatnya pertama kali itulah yang menjadi bidadari dalam hidupnya. Ya, kakakku dan wanita cantik itupun bersatu dalam bahtera rumah tangga...

Enak ya yang jadi istrinya kakakku itu. Dialah satu-satunya wanita yang benar-benar dilihat jelas oleh kakakku. Dia satu-satunya wanita yang menempati hati kakakku.Dia satu-satunya wanita yang mendapat segala yang pertama dan terakhir dari kakakku.

Wanita itu..
Memang pantas dia seberuntung itu..
sebab ia pun menjadi segala yang pertama dan terakhir untuk kakakku
Pertama dan terakhir mencintai dengan dalam
Pertama dan terakhir disentuh bukan mahrom
Pertama dan terakhir berbicara manis dengan lelaki
Pertama dan terakhir segalanya..

Sebab itulah,
Aku pun ingin

Sebab itulah,
Aku pun menahan

Sebab setidaknya
jika memang aku bukan yang pertama,
Aku menjadi terakhir baginya..
terakhir yang bahagia
tanpa diawali dengan dosa..

2 komentar: