Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Rabu, 14 Maret 2012

Bocah Sore hari

Menulis bagiku adalah pelarian. Pelarian atas ketidakpuasanku pada kehidupan. Pula atas rencana Tuhan yang tidak dapat kuterka hingga membuatku terkadang duduk diam, dan hanya jariku yang berlari meloncati huruf-huruf yang tersaji di atas papan ini. Lalu tersusunlah kata ini, kalimat ini, alinea ini, cerita ini. Begitulah cerita tentang ceritaku. Tak ada sesuatu istimewa, maka tak kusalahkan bila kau mencibir atau tak menyukai ceritaku hanya saja jangan jauhkan aku dari kata-kataku. Karena aku rindu.

Baiklah, akupun memang tidak produktif menulis. Tapi aku berusaha menbuat tanganku menari. Dan kini biarkan aku bercerita tentang dua bocah barusan yang kuajak bicara. Bocah yang sungguh bocah.  Aku tengah menulis ketika dua bocah itu mendekat. Wajahnya tak asing bagiku, itu wajah anak-anak yang pernah kutemui dulu, saat semangatku menggebu menyemarakkan masjid di Institutku ini. Saat itu, sungguh membuat pikiranku ingin kembali, tapi harap ini seakan mengharap hari ini berada di Jerman. Bisa tapi sulit, walau kata orang seharusnya kukatakan sulit tapi bisa, namun kenyataan sebaliknya. Aku bisa saja kembali bersama tawa canda mereka, tapi sulit kuatur waktuku sedemikian rupa. Begitulah, hari ini aku bisa saja ke Jerman, tapi sulit bukan.

Kembali pada dua bocah itu. Mereka basah. Ya, sore ini memang Bogor hujan, tapi anehnya mereka basah kuyup sedang di tangan mereka tergenggam payung besar. Kenapa bisa? Yap, kau benar kawan, payung besar yang mereka genggam itu bukanlah untuk memayungi mereka saat hari hujan seperti sekarang ini. Mereka menjajakan jasa luar biasa, memayungi orang lain, tentu berharap upah. Tapi setidaknya mereka lebih  baik dariku, rela berkorban untuk keselamatan dan kesehatan orang lain. Dan meskipun mereka dituntut menghasilkan dalam jasa ini, senyum mereka tetaplah sepolos senyum bocah pagi hari. Berlari dan bercanda di tengah kesibukan mencari orang yang kehujanan entah karena tidak atau lupa membawa payung. Ah, betapa aku malu.

Aku benar-benar malu. Belum bisa melakukan sesuatu yang berarti, bahkan terkadang egois. Dari sepenggal sore bersama mereka aku belajar banyak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar