Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Selasa, 23 Februari 2016

Pilihan Manusia

"Seseorang yang menyibukkan dirinya dengan dunia, akan kehilangan akhirat. Dan mereka yang menyibukkan diri dengan akhirat, pula akan kehilangan dunianya." (Ustadz Ali Zainal Abidin Al-Hamid)

Kita memang selalu dihadapkan pada pilihan dan resiko dari pilihan kita tersebut. Bahkan duluuuuuu sekali saat Allah bertanya pada kita apakah kita sanggup hidup di dunia? Kita boleh memilih ya, atau tidak. Tapi karena kebodohan kita, kita memilih untuk hidup di dunia.

Setelah memilih hidup di dunia, maka kita dihadapkan kembali dengan pilihan lain: jalan yang baik atau jalan yang buruk. Keduanya sama-sama sulit. Hanya saja, akhirnya yang berbeda. Jalan yang baik akan menuntun kita kembali kepada Allah dan lulus hidup di dunia, sedang jalan yang buruk akan menjadikan akhir kita bersama syaitan di neraka jahim, Na'udzubillah...

Lalu apa jalan yang baik itu? Apakah dengan sekedar menjadi orang yang baik? Tentu saja tidak. Setiap jalan memiliki petunjuk. Dan untuk jalan yang baik di dunia ini, hanya ada satu petunjuk: Al-Qur'an! Yap, tak ada kitab apapun yang dapat membuat kita lulus dari dunia ini kecuali AL-Qur'an. Bagaimana tidak? Bukankah Allah sendiri yang menurunkan kitab itu?

Ketika Al-Qur'an berkata kita harus shalat, zakat, puasa, bahkan berjihad maka lakukanlah meski kita tak tahu mengapa kita harus melakukan itu. Karena pada hakikatnya akal kita sangatlah rendah dibanding dengan ilmu Allah.

Tapi, tunggu dulu. Bagaimana kita mengaplikasikan Al-Qur'an dalam kehidupan? Apakah kita harus mengambil kesimpulan berdasarkan pemikiran kita? Ayolah jangan bodoh, menafsiri satu kata dalam Qur'an saja kita tidak bisa. Maka, dengarlah Allah berfirman (yang artinya): "Sunnguh terdapat suri tauladan dalam diri Muhammad (SAW)"

Maka, ikutilah jejaknya. Bagaimana beliau menjalani kehidupannya, sebab istrinya sendiri berkata, "Sungguh Rasulullah (saw) adalah Al-Qur'an yang berjalan."

Tak perlu lah kita melihat Ustadz anu melakukan ini, Ustadz Fulan melakukan itu, padahal mereka bergelar Ustadz. Kita tidak perlu menghakimi orang. Yang kita perlukan hanyalah melihat Rasulullah saw, maka seketika kita akan merasa damai.

Namun, Rasulullah saw telah tiada, bagaimana kita tahu perihal kehidupan beliau saw? apakah cukup dari buku dan literatur sejarah? Sama sekali tidak.

Kita butuh seseorang yang bisa memberi tahu bagaimana Rasulullah saw menjalani kehidupannya,
seseorang yang memberi  tahu apa yang kita lakukan salah atau benar,
seseorang yang perkataannya bukan dari dirinya sendiri, tapi terus menyambung hingga ke lidah Rasulullah saw,
seseorang yang kita sebut: GURU.

Kita butuh seorang guru yang mengarahkan kepada jalan yang baik itu. Tapi berhati-hatilah memilih guru. Guru itu haruslah yang memang sampai kepada Rasulullah saw. Bukan yang belajar kepada orang-orang kafir atau yang sama sekali tak tahu agama.

Lagi-lagi kita harus memilih.

Pilihlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar