Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Rabu, 24 Februari 2016

Pecah!

Hari ini Singapore hujan. Dari tadi pagi hingga sekarang tak henti-henti, yang menyebabkan saya malas keluar (padahal gak hujan juga gak keluar, heheh). Akhirnya saya memutuskan ke dapur, beres-beres, masak-masak, dan duduk-duduk. Tapi, ketika saya selesai mencuci piring, dan ingin mengambil wajan, tiba-tiba....

PRANG!!!

Satu gelas pecah! Waduhh, saya sangat panik. Sebab ini bukan rumah saya, pun gelas yang saya pecahkan itu cukup bagus. Akhirnya saya kirim pesan pada suami saya, pun pada umi mertua saya, alhamdulillah mereka merespon dengan baik. Katanya gelas sudah pecah, mau diapakan lagi, lagipula masih banyak gelas yang lain. Fiuhhhh.... Sedikit lega saya, walaupun masih sangat merasa bersalah.

Saya jadi bersyukur sebab teringat suatu kisah yang mengharukan tentang memecahkan sesuatu. Mau kuceritakan, kawan?

Baiklah, alkisah seorang anak yang masih kecil, mungkin Lima tahunan lah, sedang bermain di dalam rumahnya. Saat ia berlari tak sengaja ia menyenggol kaca ibunya hingga pecah berkeping-keping.

Melihat itu, sang ibu marah luar biasa, sebab kaca itu adalah kaca antik kesenangannya. Ia berkata pada anaknya,
"Apakah kamu tak bisa berhati-hati?! Semoga kamu menjadi berkeping-keping seperti kaca ini!"

Tahun pun berganti. Sang ibu sudah lupa dengan perkataannya, tapi Allah tak pernah lupa. Anak itu tumbuh dengan baik dan menjadi kesayangan sang ibu diantara anak-anaknya yang lain.

Suatu hari, ayahnya akan pergi ke tempat bangunan yang akan ia selesaikan. Namun sang anak merengek ingin ikut. Akhirnya ayah pun pergi bersama anaknya.

Sesampainya di bangunan yang belum jadi itu, Ayah melihat-lihat posisi bangunan dan berdiskusi dengan rekan-rekannya sementara anaknya pergi bermain ke dalam bangunan.

Saat tengah berdiskusi tiba-tiba...

BRAK!!!

Suara bangunan rubuh, semua pergi ke arah suara, dan betapa mengerikannya, anak itu hancur berkeping-keping seperti kaca ibunya dahulu.

Melihat anaknya seperti itu, sang ibu menangis tiada henti dan menyesali kata-katanya dahulu.

Entah cerita ini benar atau tidak, yang pasti jangan berbicara sembarangan saat kita marah. Siapa tahu itu saat perkataan kita menjadi do'a yang makbul.

Eh, kok ceritanya jadi kemana-mana yah? Gak apa lah ya. Sekian dulu cerita hari ini.. 😊

1 komentar:

  1. Ya, kisah yang semisal itu memang banyak.. Kudu berhati-hati dengan lisan kita terutama saat kita marah..

    BalasHapus