Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Minggu, 04 Desember 2011

Kakakku Nomor Satu

Bahwa setiap pertemuan akan ada akhirnya, itu benar. Pula perpisahan mampu membuatmu mengerti arti sebuah proses pun benar. Dan aku merasa Allah tengah mengujiku dengan ini. Baiklah kawan kuceritakan padamu meski kau mungkin bosan mendengar ceritaku, cerita anak kecil yang lama besarnya.

Aku bertemu dengannya semenjak aku lahir. Ditakdirkan menjadi salah satu bagian dari hidupnya yang kesekian. Yap, dia adalah kakakku nomor satu. Jangan salah sebut namanya, karena nanti artinya bisa beda (kayak baca Qur'an aja.. -_-'). Namanya: Tsaqif Al-Muqodam. itu nyebut 'tsa' nya agak digigit ya lidahnya, terus tuh 'qif' dan 'qo', hurufnya keluar dari pangkal lidah dekat tenggorokan, sejajar dengan langit-langit lunak, awas jangan sampe salah oke.

Dia kakakku nomor 1. aku anak nomor 9. Dia laki-laki, dan aku perempuan. Jadi jelas kami berbeda jauh, sangat jauh kurasa. Yang paling kuingat tentangnya adalah satu masa dalam hidupku, ketika itu aku masih SMP dan ia sudah kapan taun lulus kuliah. Aku diajak berfoto di studio foto! Walaupun hanya sebuah studio foto kecil, di pinggir jalan dekat rumahku, tapi itu membawa kesan teramat dalam bagiku. Ahh, ini mungkin penyebabnya kini aku menjadi obsesi untuk difoto (baca:narsis).

Sedikit suara yang keluar dari mulutnya, dia tak banyak bicara. kadang hanya menjitak kepalaku lalu pergi (grr!). Lagipula ia tak sering berada di rumah. Aku yang kecil dan polos ini tak memahami apa yang ia lakukan di luar rumah. Jadilah kami adik-kakak yang begitulah, berkomunikasi dengan bahasa kami. 

Namun tiba-tiba malam itu ia pergi. Lalu tak pernah kembali. Air mata membanjiri rumahku, serasa langit pun turut bersedih, kelam tak berbintang. Ia diambil Sang Kuasa saat hendak menuju rumahku. Saat aku mulai tahu betapa perjalanan hidupnya mengagumkan. Saat Ibu menanti penuh harap, ingin bertemu sang sulung. Saat ayah tengah yasinan karena ada tetangga yang meninggal, dan kini harus mempersiapkan yasinan untuk anaknya sendiri.

Ia pergi tiba-tiba. Benar kan? Sebuah pertemuan akan ada akhirnya. Dan ia pergi sebelum mengajakku ke studio foto bersama anaknya. Ahh,, maaf  kawan, meski hubungan kami terlihat tak dekat, namun sesungguhnya kami berasal dari sumber yang sama. Karena itulah aku tiba-tiba merindunya malam ini..

Aku cukupkan dulu ceritaku, kawan. Jam malam Al-Iffah sebentar lagi tiba, aku harus segera pulang!

1 komentar:

  1. Aku juga rindu padanya, bahkan setiap saat setiap menit

    Aku pun belum sempat diajak ke studio poto untuk berpoto keluarga bersama anaknya :'(

    BalasHapus