Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Minggu, 17 Juni 2012

Empat Wajahku di Institut Ini

Aku merasa setiap pertemuan dengan orang lain adalah sempurna telah ditata. Dari Bandung, aku ke Bogor, dan kutemui orang-orang yang sejatinya adalah cerminan dari diriku sendiri. benarlah sebuah hadits "Bila ingin tahu seseorang, lihatlah teman baiknya." Yap, aku merasa benar-benar bertemu diriku dalam diri-diri mereka. seakan bercermin. nyata, sungguh nyata. Hari ini biarkan aku mengenalkanmu, pada wajahku dalam diri yang lain.

Wajah ini terlihat sendu, karena dia bilang ia setiap hari menangis karenaku. aku sendiri heran, ada ya orang yang sebegitu inginnya diperhatikan olehku? Kawan, dialah wajah pertamaku di Institut ini. pertama kali bertemu, ia tersenyum, bercanda tawa, meskipun ia lebih banyak diam dan aku yang berkata. Kalau ingin mendengarnya bercerita, kau harus sabar, karena intonasinya yang super duperrrrrr lembut, kadang seperti berbisik, takut oang-orang di sekitarnya mendelik. ya, dialah diriku yang lain kawan, sang melankolis sejati yang mengajarkanku sebuah kesabaran.

Wajah keduaku. dia ekspresif. Ketika ingin menangis, ia akan menangis. Ketika tertawa, ia tertawa seketika. Ketika ingin berteriak, tak kenal waktu tak kenal tempat, ia pun berteriak. Ia adalah wajah yang terkungkung oleh pemikirannya sendiri. padahal jika kau mau tahu, ia punya segudang potensi. namun ia simpan rapi sendiri, merutuki diri. ahh, di balik ekspresinya itu, sebenarnya ia kesepian. butuh seorang teman. Dialah sang ekspresif yang membuat diriku kian bijak.

Wajah berikutnya hampir benar-benar serupa diriku. pertama kali aku bertemu dengannya, aku benar-benar merasa bercermin. Pertama kali berkenalan, kami berdiri di panggung bersama dan sama-sama melakukan hal yang sama: membaca puisi. Itu salah satu persamaannya, ia suka berpuisi. Aku melihat, apa yang ingin kulihat dari matanya dan mengucapkan apa yang ingin kuucapkan dari mulutnya. hehe, lebay juga ya. dialah diriku yang lain, menampilkan keanggunan.

Wajah yang ini selalu terlihat ceria. Satu-satunya hal yang membuatnya tersenyum sekenanya hanyalah ketika ia merasakan sakit. Tapi ia tetap tersenyum, ikhlas sekali terasa. Dia suka nyanyi, suka akustik, suka drum band, suka sekali musik! Dialah wajah gembiraku, yang jarang kutonjolkan. Karena, jujur, meskipun aku suka nasyid, tapi suaraku tak seindah suaranya. jadi daripada aku membuat tetangga terbangun segera, lebih baik kupendam suaraku, dan aku menemukannya di wajah ini. Maestro musik, memberi nada kehidupan.

Kawan, Empat wajah dulu yang kuperkenalkan padamu. Kelak, jika Allah mengizinkan aku akan bercerita banyak padamu, tentang wajah-wajah lainku disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar