Welcome!!

Bismillahirrahmanirrahiim....

Sabtu, 08 Agustus 2015

Saya Wanita Bercadar

Awal mula saya memilih untuk bercadar adalah hari itu, saat seorang ustadzah dari Tarim, Hadramaut memberikan tausyiahnya di pondok saya. Mungkin karena memang beliau berdakwah dengan hati, maka kata-katanya langsung menusuk, menghujam, menohok hati saya!! 

"Jika kamu membeli baju di sebuah toko, baju mana yang kamu pilih, yang ada di samping jalan tanpa pembungkus plastik atau yang dibungkus plastik dengan anggun??"

Itu salah satu pengandaian beliau tentang wanita bercadar. Segera setelah itu, hati saya berkata, ''Apa lagi yang kamu tunggu, Kamila?!"  Dan tiba-tiba: TARAA!!!! Berubahlah saya menjadi wanita bercadar.

Awalnya saya benar-benar senang, karena ternyata yang berpikiran seperti saya itu ada banyak.Tapi setelah saya mulai menjauhi tanah Pasuruan.... saya benar-benar merasa sendiri. Saya tidak akan berbohong dengan mengatakan bercadar tidak menghalangi apapun. Cadar saya banyak memberikan halangan, apalagi kalau lagi jalan-jalan sama teman-teman,

Pertama, sulitnya shalat wanita bercadar di luar rumah. Tak banyak tempat-tempat umum yang menyediakan mushala terpisah antara wanita dan pria. Iya sih, kadang ada hijabnya, tetapi pendek sekali. Coba bayangkan, saya harus memakai cadar ketika berdiri, rukuk, itidal kemudian membukanya saat sujud agar kening saya menempel ke tempat sujud.  Cukup merepotkan.

Kedua, sulitnya makan di luar rumah. Kadang teman-teman mengajak saya makan di luar, dan saya harus mencari tempat di sudut, agar saya bisa makan dari sisi yang  tertutup tembok. Saya tidak bisa melihat makanan saya, jadi kadang jatuh atau terkena cadar sehingga menjadi kotor.

Ketiga, ejekan mulai dari yang halus sampai kasar. Awalnya hati saya sangat sakit saat ada yang bilang "Ada ninja lewat!" atau "TErRORIS!" atau tatapan aneh mereka melihat saya. Tapi lama-lama saya tak lagi begitu peduli sangking banyaknya
Hasil gambar untuk cadar
tidak semua yang bercadar itu teroris!


Dan banyak lagi hambatan lainnya...

Ini bukan berarti saya menyesal memakai cadar. TIDAK. Saya katakan bercadar itu memang sulit, jika dijalani bukan karena hati. Tapi dengan hati yang ikhlas, bercadar menjadi sangat menenangkan dan menyenangkan. Saya bahkan bisa makan lebih banyak karena tak ada yang tahu. hahaha.

Bahkan saya menyesal mengapa tak saya kenakan cadar sedari dulu, agar yang tahu wajah saya hanya suami saya seorang saja. Sangat spesial, bukan?  ;)

Yah, walaupun saya sadar bahwa akan banyak cobaan menghadang saya agar tak lagi bercadar, saya sangat berharap semoga Allah tetap menjadikan saya salah satu pengikut Sayyidah Fatimah yang bisa melewati Shirath dengan mudah. Aamiin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar